Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsultan properti Colliers Indonesia mencatat pada kuartal I 2022 penyerapan unit residensial berupa apartemen masih sedikit. Dibandingkan dengan kuartal IV 2021, tingkat hunian menurun menjadi hanya 58,2% saja sedangkan pada kuartal IV 2021 masih berada di angka 61,1%.
Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto melanjutkan, penurunan tersebut terjadi karena saat ini sedang memasuki masa low season dan diproyeksi bisa lebih baik pada semester II 2022. Namun demikian, melihat penyerapan unit apartemen yang berat ini, jumlah pasokan apartemen juga belum bisa kembali ke jumlah normal seperti di masa sebelum pandemi Covid-19 di tahun 2019.
Pada tahun tersebut dan sebelumnya, pasokan apartemen bisa mencapai 8.000 unit hingga 17.000 unit. Memasuki masa pandemi hingga 2022, pasokan diproyeksi berjumlah 4.400 unit. Hal ini menunjukkan segmen apartemen belum menemukan perbaikan yang signifikan.
"Pengembang apartemen sendiri di kawasan Jakarta dan sekitarnya bakal lebih percaya diri dalam menjual produk hunian mereka, bila sentimen positif perekonomian terus berlanjut pada tahun 2022 ini. Awal-awal tahun beberapa pengembang sudah mulai menunjukkan kepercayaan diri untuk memperkenalkan produk mereka," kata Ferry Salanto di Jakarta, Rabu (6/4).
Baca Juga: Pakuwon Jati (PWON) akan Luncurkan Klaster Baru di Grand Pakuwon dan Pakuwon City
Ia menyatakan pasokan apartemen akan kembali ke angka normal jika kondisi ekonomi terus mengalami perbaikan. Ia melanjutkan, pada kuartal I 2022 ada dua apartemen yang diperkenalkan ke publik yaitu The Okura Residences dan Kizo Residence, sedangkan pada periode yang sama satu proyek apartemen baru rampung yaitu Vasaka Soltera sebanyak 521 unit.
Meski optimis, ia mengakui jumlah penjualan apartemen strata title (hak milik) merosot tajam dari 516 unit pada kuartal IV 2021 menjadi hanya 278 unit pada kuartal I 2022. "Pola tersebut sama seperti tahun lalu, di mana penurunan penjualan terjadi saat level PPKM dinaikkan dan jumlah kasus COVID-19 meningkat," katanya.
Menurut dia, pada saat ini tidak ada proyek apartemen yang menaikkan harga jual produk mereka, sehingga harga rata-rata sama relatif sama dengan sebelumnya. Sekalipun ada kenaikan, maka itu terjadi hanya sekitar 1% sampai dengan 3% saja karena persaingan ketat. Para pengelola menawarkan banyak diskon.
Untuk itu, diharapkan kebijakan yang ada dapat mengurangi berbagai faktor yang bisa mengurangi sentimen buruk ke konsumen properti, seperti kenaikan inflasi atau kemungkinan naiknya suku bunga.
Baca Juga: Andalkan Rumah Tapak, Metland (MTLA) Optimistis Capai Target Marketing Sales
Lebih jauh Ferry menuturkan, kebijakan menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10% menjadi 11% akan menjadi kendala juga dalam penyerapan segmen properti ke depannya.
"Faktor inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga BBM dan PPN akan meningkatkan suku bunga, yang biasanya selalu mengikuti dan menyesuaikan. Ini bukan hal baik, sebab daya beli konsumen belum sepenuhnya pulih," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News