kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

OECD Ramal Inflasi Indonesia Akan Kembali ke Kisaran Sasaran pada Tahun 2024


Selasa, 29 November 2022 / 07:00 WIB
OECD Ramal Inflasi Indonesia Akan Kembali ke Kisaran Sasaran pada Tahun 2024

Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah berupaya keras untuk membawa tingkat inflasi kembali ke kisaran sasaran 3% plus minus 1% pada tahun 2023.  Namun, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan, inflasi Indonesia baru akan kembali ke kisaran sasaran tersebut pada tahun 2024. 

Dalam OECD Economic Outlook yang terbit bulan ini, lembaga tersebut memperkirakan inflasi Indonesia pada tahun 2023 masih di atas kisaran sasaran, yaitu di level 4,1% secara tahunan alias year on year (YoY). Baru, pada tahun 2024 akan turun ke level 2,5% YoY. 

OECD juga melihat tekanan harga terus meningkat. Bahkan, pada September 2022, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) telah mencapai 6% YoY dan inflasi inti meningkat menjadi 3,2%.

Berbagai kelompok barang juga mulai mengalami peningkatan harga yang kemudian menyundut inflasi. Terlebih, ada dampak lanjutan dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta pengaruh tingkat inflasi global. 

Baca Juga: Pemerintah Telah Salurkan Bansos Rp 53,3 Miliar ke Komunitas Adat Terpencil

Untuk menekan ekspektasi inflasi, BI telah mengambil langkah dengan menaikkan suku bunga acuan selama beberapa kali pada tahun ini sehingga suku bunga acuan bergerak di level 5,25%. 

Lembaga tersebut memandang langkah BI ini akan membantu untuk menekan ekspektasi inflasi. Sehingga, inflasi akan kembali ke batas atas kisaran sasaran pada paruh pertama tahun 2023. 

Meski begitu, inflasi secara keseluruhan di tahun depan masih akan berada di atas kisaran sasaran BI. Barulah, pada tahun 2024, inflasi kembali menurun dan kembali ke kisaran sasaran. 

Hanya, ini juga mengandung risiko adanya penurunan daya beli masyarakat yang selanjutnya membebani prospek pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Ini juga akan menjadi beban bagi kekuatan perekonomian Indonesia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×