kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Obama: Sejarah akan mengingat kekerasan di Capitol dipicu Presiden Trump


Kamis, 07 Januari 2021 / 20:35 WIB
Obama: Sejarah akan mengingat kekerasan di Capitol dipicu Presiden Trump
ILUSTRASI. Barack Obama menyapa Donald Trump di acara Pelantikan Trump sebagai Presiden AS di Washington DC, AS, 20 Januari 2017.

Sumber: TASS | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menuduh Presiden Donald Trump memicu protes dengan kekerasan di gedung Capitol, Washington DC pada Rabu (6/1).

"Sejarah akan mengingat dengan tepat kekerasan hari ini di Capitol, yang dipicu oleh Presiden yang sedang duduk, yang terus berbohong tanpa dasar tentang hasil pemilihan yang sah, sebagai momen yang sangat tidak menghormati dan memalukan bagi bangsa kita," kata Obama.

"Tapi, kita akan bercanda jika kita memperlakukannya sebagai kejutan total," ujar Presiden AS ke-44 dalam sebuah pernyataan yang dia posting di akun Twitter-nya seperti dikutip TASS.

Baca Juga: Pasca penyerbuan Capitol AS, 4 orang tewas dan 52 lainnya ditangkap

"Saya berbesar hati melihat banyak anggota partai berbicara dengan tegas hari ini," sebut Obama. "Suara mereka menambah contoh pejabat negara bagian dan lokal Republik seperti Georgia yang menolak untuk diintimidasi dan telah menjalankan tugas mereka dengan hormat".

"Kita membutuhkan lebih banyak pemimpin seperti ini, sekarang dan di hari, minggu, dan bulan ke depan, saat Presiden terpilih Biden bekerja untuk memulihkan tujuan bersama dalam politik kita. Terserah kita semua sebagai orang Amerika, terlepas dari partai, untuk mendukung dia dalam tujuan itu," tambah Obama.

Para pengunjuk rasa yang mendukung Trump pada Rabu (6/1) menyerbu gedung Kongres AS di Washington DC dan mengganggu kerja anggota parlemen untuk mengesahkan hasil pemilihan presiden November untuk Presiden terpilih Joe Biden.

Selanjutnya: Pasca penyerbuan Capitol, 1.800 pasukan Garda Nasional dikerahkan ke Washington

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×