Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nusantara Almazia Tbk (NZIA) mengaku belum terdampak oleh kenaikan harga-harga bahan material bangunan.
Direktur NZIA, Nur Anisa Nusuqi mengungkapkan, Surat Perintah Kerja (SPK) eksisting antara NZIA dengan pihak kontraktor mengatur bahwa kontraktor tidak menaikkan tarif atas kenaikan harga bahan bangunan.
Walhasil, sejauh in kenaikan harga bahan bangunan yang ada belum menggerus margin laba NZIA. Meski begitu, Anisa mengakui, NZIA bisa saja menanggung kenaikan tarif dalam SPK berikutnya.
Baca Juga: Nusantara Almazia (NZIA) Bidik Target Pertumbuhan Kinerja 10%-15%
“(Menurut) SPK yang sudah ada, kontraktor tidak menaikkan harga atas kenaikan bahan bangunan karena sudah diikat dengan SPK,” ujar Anisa saat dihubungi Kontan.co.id (12/7).
Seperti diketahui, industri properti tengah dihadapkan pada fenomena kenaikan harga bahan material bangunan.
Dalam wawancaranya dengan Kontan.co.id (12/7), Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI), Totok Lusida mengatakan bahwa harga besi sudah naik ke level sekitar Rp 13.000 per kilogram. Sebelumnya, harga bahan material tersebut masih berada di sekitar angka Rp 6.800 per kilogram pada Desember 2021, menurut catatan Totok.
“(Bahan material bangunan) Yang lainnya belum stabil, jadi kenaikan ini akan stabil di ekuilibrium baru atau hanya untuk sementara kami belum tahu,” ujar Totok kepada Kontan.co.id (12/7).
Sementara itu, dihubungi terpisah, Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi), Junaidi Abdillah mengungkapkan, kenaikan harga dijumpai hampir semua bahan bangunan material.
“Kalau dari kondisi mulai Covid-19 itu kurang lebih totalnya 60-an%,” tuturnya saat dihubungi Kontan.co.id (11/7).
Meski belum menanggung kenaikan tarif, Anisa tidak memungkiri bahwa kontraktor bisa saja meminta kenaikan tarif dalam SPK berikutnya seturut harga-harga bahan bangunan yang mendaki.
Namun, Anisa menegaskan bahwa NZIA sejauh ini belum memutuskan untuk merevisi target pertumbuhan pendapatan dan laba bersih. Keputusan tersebut baru akan dirapatkan pekan ini atau pekan depan dalam rapat direksi NZIA dalam rangka pembahasan/evaluasi tengah tahun.
Sedikit informasi, dalam gelaran public expose April 2022 lalu, manajemen NZIA mengungkapkan bahwa perusahaan mengincar pertumbuhan pendapatan dan laba bersih dalam kisaran 10%-15% di tahun 2022.
Sebagai pembanding, berdasarkan laporan keuangan perusahaan, NZIA membukukan penjualan neto sebesar Rp 100,41 miliar dengan laba tahun berjalan sebesar Rp 3,06 miliar di tahun 2021.
Baca Juga: Saham Emiten Konstruksi BUMN Masih Lesu, Begini Prospeknya
Dengan begitu, menurut hitungan kasar Kontan.co.id, NZIA menargetkan penjualan neto tahun 2022 berada dalam kisaran Rp 110,45 miliar - Rp 115,47 miliar dengan laba tahun berjalan ada di rentang Rp 3,36 miliar - Rp 3,52 miliar.
Anisa memastikan, NZIA bakal terus memacu penjualan untuk mengejar target. Selain itu, NZIA juga membuka kemungkinan untuk menaikkan harga jual produk untuk perumahan subsidi jika nanti pemerintah menerbitkan aturan baru harga rumah subsidi yang memungkinkan opsi tersebut.
“Untuk kenaikan harga produk, untuk proyek perumahan subsidi kita masih menunggu PMK dari Kementerian Keuangan mengenai harga jual rumah,” ujar Anisa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News