Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat utang BUMN mencapai Rp 1.640 triliun (unaudited) sepanjang 2022. Utang tersebut mengalami pembengkakan 3,79% dibandingkan posisi utang pada tahun 2021 yang sebesar Rp 1.580 triliun.
Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, meski ada kenaikan jumlah utang, rasio utang terhadap modal investasi juga mengalami penurunan dari semula pada posisi 36.2% di 2021 menjadi 34.2% di 2022. Ini bisa terjadi karena ada peningkatan modal sebesar 9,9% year on year (YoY) menjadi Rp 3.150 triliun selama 2022. Sedangkan pada tahun 2021, posisi modal tercatat sebesar Rp 2.778 triliun.
"Memang pasti ada pihak bilang utang naik tapi tentu ekuitas juga naik, dan ini kita tekankan bahwa persepsi BUMN banyak utang tidak dijaga dengan ekuitas yang baik itu salah," ungkap Erick dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, pada Senin (13/2).
Baca Juga: Utang Jumbo Dapat Mengganjal Kinerja Emiten-Emiten BUMN Konstruksi
Menurut pemaparannya, peningkatan ekuitas BUMN terjadi karena banyaknya aksi korporasi yang dilakukan untuk memperkuat permodalan tidak berhutang. Sehingga jumlah modal BUMN pun mengalami pertumbuhan signifikan selama tahun 2022.
Selain itu, Erick juga mencatat, realisasi anggaran Kementerian BUMN 2022 mencapai Rp196,5 miliar atau 99,06% dari pagu sebesar Rp198,43 miliar. Laba konsolidasi BUMN sepanjang 2022 mencapai Rp303,7 triliun, naik dari Rp125 triliun. Kemudian aset meningkat menjadi Rp9.867 triliun dari Rp8.978 triliun pada 2021.
"Saya rasa persentase terus tinggi, maka dari itu kami terus dorong untuk audit untuk pastikan laporan keuangan ini hal yang baik," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News