kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Moderna akan investasikan US$ 500 juta untuk bangun pabrik vaksin Covid-19 di Afrika


Jumat, 08 Oktober 2021 / 01:00 WIB
Moderna akan investasikan US$ 500 juta untuk bangun pabrik vaksin Covid-19 di Afrika

Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - LONDON. Moderna berencana untuk menginvestasikan sekitar US$ 500 juta untuk membangun pabrik di Afrika guna memproduksi hingga 500 juta dosis vaksin mRNA setiap tahun, termasuk suntikan COVID-19. Langkah itu diambil karena tekanan yang meningkat pada industri farmasi untuk memproduksi obat-obatan di benua itu.

Pabrik yang diusulkan Moderna juga akan mencakup kemampuan pembotolan dan pengemasan. Perusahaan mengatakan akan segera memulai proses penentuan negara dan lokasi. “Kami berharap dapat memproduksi vaksin COVID-19 kami serta produk tambahan dalam portofolio vaksin mRNA kami di fasilitas ini,” kata kepala eksekutif Stephane Bancel dalam sebuah pernyataan, Kamis (7/10).

Perdebatan tengah berkecamuk antara produsen obat dan pemerintah tentang pengabaian hak kekayaan intelektual untuk vaksin COVID-19 agar dapat membantu mengakhiri pandemi dan memberi lebih banyak negara berkembang akses ke suntikan setelah negara-negara kaya membeli sebagian besar pasokan tahun ini.

Baca Juga: Swedia dan Denmark hentikan sementara vaksin Covid-19 Moderna untuk usia muda

Amerika Serikat mengatakan akan mendukungnya, tetapi gagasan itu telah menghadapi tentangan dari perusahaan farmasi, yang berpendapat bahwa mereka perlu mengawasi setiap transfer teknologi karena rumitnya proses manufaktur.

Pfizer dan mitranya BioNTech mencapai kesepakatan pada bulan Juli untuk Biovac Afrika Selatan membuat sekitar 100 juta dosis vaksin COVID-19 mereka per tahun untuk Afrika.

Organisasi Kesehatan Dunia telah mencoba membujuk Moderna dan Pfizer-BioNTech untuk bergabung dengan rencananya untuk pusat transfer teknologi Afrika. Seorang pejabat senior WHO mengatakan kepada Reuters bulan lalu bahwa tidak banyak kemajuan dalam pembicaraan dengan Moderna.

Selanjutnya: Perusahaan farmasi asal Prancis Sanofi menghentikan pengembangan vaksin mRNA COVID-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×