Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hubungan China dan Taiwan yang makin panas dikhawatirkan akan menimbulkan risiko baru bagi perekonomian global. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut konflik itu bisa menimbulkan proteksionisme perdagangan oleh negara-negara dunia seiring geopilitik global yang makin terpecah.
“Eskalasi yang luar biasa tentu akan menimbulkan kemungkinan dampak dari sisi keamanan, tetapi juga selalu dimensinya dari sisi politik ekonomi. Dengan dunia memiliki geopolitik yang luar biasa besar maka seluruh dunia merasa tidak aman,” tutur Sri Mulyani dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Indonesia, Senin (8/8).
Dinamika politik yang terjadi ini turut mengancam perekonomian negara di dunia yang selama tiga dekade terakhir mulai membaik. Bahkan, Sri Mulyani mengatakan, hubungan dagang, investasi, lalu lintas manusia, arus modal dan arus informasi dan barang tidak banyak terdisrupsi selama puluhan tahun terakhir.
Baca Juga: APBN 2022 Cetak Surplus Rp 106,1 Triliun Hingga Juli 2022
Sehingga, ketegangan China dan Taiwan ini bisa mendorong banyak negara miskin semakin jatuh lagi, sehingga negara-negara tersebut harus meningkatkan ketahanan ekonominya agar tidak tergerus.
“Artinya proteksionisme kemungkinan akan semakin besar, blok akan semakin menguat. Hubungan investasi perdagangan tidak lagi berdasarkan kepada flow of goods dan capital serta manusia yang bebas namun sudah diperhitungkan dari sisi aspek geopolitik,” jelasnya.
Maka itu, Sri Mulyani mengatakan, Indonesia sebagai salah satu anggota Presidensi G20 dengan perekonomian terbesar, harus memahami konteks dan dampak dari geopolitik tersebut, sehingga bisa mengatasi risiko yang akan ditimbulkan nantinya.
Baca Juga: Ekonomi Kuartal II-2022 Mampu Tumbuh 5,44%, Ini Kata Sri Mulyani
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News