kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menkes: Ada Lima Kasus Pasien Covid-19 Varian Omicron di Indonesia yang Meninggal


Selasa, 01 Februari 2022 / 06:25 WIB
Menkes: Ada Lima Kasus Pasien Covid-19 Varian Omicron di Indonesia yang Meninggal

Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, sudah ada lima kasus pasien Covid-19 varian omicron di Indonesia yang meninggal dunia. Dari lima orang positif tersebut 60% disebut belum mendapatkan vaksinasi secara lengkap.

"5 orang positif omicron itu 60% belum divaksin lengkap. Kita sudah melihat dari kasus yang sedang dan berat yang membutuhkan oksigen, 63% belum divaksin lengkap, kebanyakan dari mereka lansia dan kita identifikasi cukup mengejutkan jumlahnya yang anak-anak," kata Budi saat konferensi pers evaluasi PPKM secara virtual, Senin (31/1).

Berdasarkan fakta tersebut pemerintah kini terus mempercepat vaksinasi terutama untuk kelompok lansia kita dan anak-anak. "Tolong prioritas berikan vaksinasi kepada yang belum menerima vaksinasi terutama lansia dan anak-anak," imbuhnya.

Kemudian 85% lebih pasien yang dirawat di rumah sakit sudah dinyatakan sembuh. Adapun untuk kasus berat, sedang atau kritis yang membutuhkan oksigen karena varian ini ada sekitar 8% sampai 10%. "Jadi 90% yang masuk rumah sakit di kita itu umumnya tanpa gejala sekitar 35% sampai 40% dan gejala ringan itu sekitar 50%," ujarnya.

Baca Juga: Menkes Proyeksi Puncak Kasus Varian Omicron di Indonesia Terjadi Akhir Februari 2022

Mengingat akan ada potensi kenaikan kasus yang akan tinggi pada akhir Februari mendatang, pemerintah menghimbau bagi pasien OTG tidak perlu dirawat di rumah sakit atau cukup menjalani isolasi mandiri di rumah.

Demikian juga bagi pasien dengan gejala ringan yaitu pilek, batuk, demam namun saturasi masih di atas 95% disarankan menjalani isolasi di rumah saja dengan bantuan telemedicine.

"Ada batuk pilek demam sedikit selama saturasi di atas 95% di rumah. Biarkan rumah sakit menjadi tempat dimana saudara-saudara kita yang parah yang berat yang sedang dan kritis yang membutuhkan oksigen di rawat disana," himbaunya.

Kebijakan tersebut berkaca dari kemungkinan sembuh dari varian ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan varian delta. Pemerintah juga telah memastikan bahwa obat-obatan bagi pasien yang terpapar sudah disediakan. Adapun bagi pasien dengan kategori OTG disarankan cukup meminum vitamin dengan rutin.

Baca Juga: Luhut: Kasus Harian Capai 150.000, Pasien di RS Bisa Lebih Tinggi dari Puncak Delta

Pemerintah telah menyediakan anti antivirus yang sesuai dengan saran lima organisasi profesi, diantaranya avigan favipiravir dan molnupiravir. Total ada 20 juta dosis antivirus yang telah disiapkan pemerintah.

Namun Budi menegaskan obat tersebut hanya dapat diperoleh harus dengan resep dokter. Budi juga mewanti-wanti kepada masyarakat agar tidak ada yang membeli obat tersebut dengan jumlah besar untuk kepentingan pribadi.

"Jadi Bapak Ibu tidak bisa beli sendiri dan sebaiknya jangan kalau bapak ibu beli nimbun di rumah kasihan orang lain tidak dapat. Biarkan nanti kalau ada konsultasi dengan dokter atau telemedicine kalau memang dibutuhkan obat-obatan anti virusnya," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×