kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menilik Peluang Indonesia Jadi Tujuan Relokasi Perusahaan Terdampak Perang Dagang


Jumat, 17 Juni 2022 / 06:20 WIB
Menilik Peluang Indonesia Jadi Tujuan Relokasi Perusahaan Terdampak Perang Dagang

Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluang Indonesia menjadi tempat tujuan relokasi perusahaan yang terdampak perang dagang China dan Amerika Serikat di atas kertas cukup terbuka. Tapi, ada sejumlah hal yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan stakeholder terkait agar investor mau merelokasi pabriknya ke Indonesia.

Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, peluang relokasi pabrik manufaktur yang berdomisili di China sangat besar. Apalagi, kebijakan lockdown di sana cukup ketat hingga saat ini. Ditambah lagi, perang dagang antara China dan AS masih berlangsung.

Namun, bukan berarti Indonesia bisa dengan mudah menjadi tempat relokasi pabrik dari perusahaan di China. Salah satu PR Indonesia adalah biaya logistik yang tergolong besar yakni 23,5% dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Indonesia juga harus membenahi moda transportasi dan infrastruktur dasar secara efektif dan efisien.

Baca Juga: Surya Semesta Internusa Melihat Tren Relokasi Pabrik Asing ke Indonesia Sedang Marak

“Sejauh ini Vietnam kerap lebih dipilih untuk relokasi karena biaya logistiknya lebih murah dan secara geografis lebih dekat dengan China,” ujar dia.

Di samping itu, para investor juga masih sangat mempertimbangkan konsistensi pemerintah dalam menerapkan kebijakan pemberantasan korupsi, lingkungan hidup, dan tenaga kerja. Sebab, ketiga hal tadi akan terangkum dalam standar Environment, Social, Governance (ESG) yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan global. Standar ESG juga menjadi patokan bagi investor sebelum memilih mitra investasi.

Terkait ketersediaan tenaga kerja, Indonesia jelas punya keunggulan berkat jumlah penduduk yang besar. Namun, investor pun akan mempertimbangkan banyak hal terkait tenaga kerja, bukan hanya dari sisi upah, melainkan juga skil yang dimiliki tenaga kerja tersebut.

Bhima menambahkan, Indonesia juga perlu membenahi integrasi kawasan industri dengan sumber bahan baku. Pasalnya, harus diakui beberapa kawasan industri Tanah Air yang menjadi basis produksi manufaktur justru lokasinya masih jauh dari sumber bahan bakunya.

Baca Juga: Investasi Padat Karya Jadi Kunci Tekan Tingkat Pengangguran Terbuka

“Contoh, industri otomotif dan baterai yang bahan bakunya di Indonesia memang melimpah. Tapi, jarak antara kawasan industri dengan tambang nikel masih jauh,” terang dia.

Ia pun menyebut, potensi perusahaan global yang merelokasi pabriknya di Indonesia kemungkinan besar bergerak di sektor yang berkaitan dengan otomotif, makanan-minuman, pengolahan perikanan, produk tekstil pakaian jadi, barang elektronik, kimia dasar, dan petrokimia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

×