kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.430   -15,00   -0,09%
  • IDX 7.107   -33,74   -0,47%
  • KOMPAS100 1.032   -7,97   -0,77%
  • LQ45 804   -7,25   -0,89%
  • ISSI 223   -1,67   -0,74%
  • IDX30 421   -3,07   -0,72%
  • IDXHIDIV20 504   -6,66   -1,30%
  • IDX80 116   -1,22   -1,04%
  • IDXV30 119   -2,35   -1,93%
  • IDXQ30 138   -1,12   -0,80%

Mengapa China Lambat Menyehatkan Ekonominya yang Tengah Terpuruk?


Jumat, 18 Agustus 2023 / 10:52 WIB
Mengapa China Lambat Menyehatkan Ekonominya yang Tengah Terpuruk?
ILUSTRASI. Perekonomian China kini tengah berisiko mengalami stagnasi yang berkepanjangan. REUTERS/Jason Lee

Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KRISIS EKONOMI CHINA - Perekonomian China kini tengah berisiko mengalami stagnasi yang berkepanjangan. Apalagi ditambah dengan krisis properti yang mengancam stabilitas keuangan.

Bersamaan dengan hal itu, ada kegelisahan yang meningkat terkait mengapa para pemimpinnya tidak terburu-buru untuk menghidupkan kembali ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Bahkan di negara yang terkenal dengan pengambilan keputusan yang buram dan berlarut-larut, investor, analis, dan diplomat menunjuk pada tanda-tanda bahwa Beijing tampaknya ragu untuk mengambil kebijakan berani yang diperlukan untuk menopang pemulihan ekonomi pasca-COVID.

Ini bukan hanya masalah ekonomi tetapi masalah geopolitik.

Melansir Reuters, Presiden AS Joe Biden pada pekan lalu menyebut China sebagai "bom waktu yang berdetak" karena ekonominya yang sakit. Menurut Biden, itu tidak baik karena ketika orang jahat punya masalah, mereka melakukan hal buruk.

Jadi mengapa tanggapan China begitu lambat?

Pandangan beberapa pengamat China adalah bahwa fokus Presiden Xi Jinping pada keamanan nasional bertentangan dengan upaya pemulihan ekonomi. Hal itu membuat dana asing yang ingin masuk ke Beijing menjadi tertahan.

Baca Juga: Bank-Bank Besar China Aktif Jual Dolar AS untuk Membeli Yuan di London dan New York

"Masalah inti tahun ini adalah bahwa kepemimpinan telah memberikan instruksi tingkat tinggi yang tidak jelas kepada para pejabat untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan keamanan nasional," kata Christopher Beddor, wakil direktur penelitian China di Gavekal Dragonomics.

Dia menambahkan, "Jika pejabat tidak yakin dengan apa yang diinginkan pimpinan, mereka cenderung menunda tindakan apa pun sampai mereka menerima lebih banyak informasi. Hasilnya adalah kelumpuhan kebijakan, bahkan jika itu harus dibayar mahal."

Analis lainnya mengatakan, ada keragu-raguan Partai Komunis terhadap langkah-langkah yang dapat mengalihkan kekuasaan dari negara ke sektor swasta. Selain itu, pemerintahan yang banyak diisi oleh loyalis Xi, mungkin menghambat kebijakan untuk mendongkrak perekonomian.

Yang pasti, perubahan di China dapat memakan waktu, seperti yang dilakukan Beijing untuk mempertahankan pembatasan COVID-19 yang merusak secara ekonomi hampir sepanjang tahun lalu.

Baca Juga: China ke Wapres Taiwan: Kemerdekaan Berarti Perang!



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

×