Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mewajibkan perbankan untuk menambah permodalan dalam waktu dekat. Hal itu tertuang Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 tentang konsolidasi bank umum. Nah, dalam aturan itu seluruh perusahaan induk bank harus memiliki modal inti minimum Rp 1 triliun di tahun 2020. Kemudian secara bertahap, modal inti tersebut harus mencapai minimal Rp 3 triliun di tahun 2022.
Salah satu bank yang berniat menambah modal di tahun ini adalah PT Bank Bukopin Syariah (BSB). Anak usaha PT Bank Bukopin ini dipastikan akan mendapatkan modal tambahan dari induk. Direktur Utama Bank Bukopin Rivan A. Purwantono menyebut, pihaknya akan menyuntikkan modal ke anak usahanya hingga modal inti sebesar Rp 1 triliun.
"Kemungkinan besar tahun ini, total modalnya akan menjadi Rp 1 triliun," kata Rivan kepada Kontan.co.id, Rabu (16/12). Sebagai informasi saja, merujuk laporan keuangan BSB hingga September 2020 perseroan memang baru memiliki modal inti sebesar Rp 706,82 miliar.
Memakai asumsi tersebut, artinya di tahun ini BSB bakal mendapat injeksi dana sebesar Rp 300 miliar. Rivan sebelumnya menjelaskan, tambahan modal itu akan dilakukan tanpa skema penerbitan saham anyar alias private placement. Dananya juga akan berasal dari kocek Bank Bukopin selaku pemegang saham pengendali BSB.
Rivan juga melanjutkan, tambahan modal itu telah mendapatkan restu dari pemegang saham Bukopin yakni KB Kookmin Bank. Sebagai informasi saja, sejak awal September 2020, Kookmin resmi mengendalikan Bank Bukopin setelah drama panjang dengan PT Bosowa Corporindo pengendali perseroan sebelumnya. Kini, Kookmin mengempit 67,7% saham Bank Bukopin setelah mengucur dana mencapai US$ 600 juta.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan BSB Evi Yulia Kurniawati membenarkan kalau pihaknya akan mendapatkan modal dari induk. Hanya saja, mengenai kepastian tanggal dan nominal modal pihaknya masih menunggu keputusan dari pemegang saham. "Akan ada suntikan modal, kalau sudah selesai akan kami sampaikan informasinya," jelasnya.
Nah, berbeda dengan BSB. Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yaitu PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO) justru mengaku belum akan mendapatkan tambahan modal dalam waktu dekat.
Baca Juga: Waspadai 4 hal ini untuk hindari penipuan program undian
Hal itu menurut Sekretaris Perusahaan BRI Agro Hirawan Nur disebabkan posisi rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perseroan masih cukup tebal di atas 20%. "Terkait penambahan modal untuk tahun 2021, sepertinya belum kami laksanakan," singkatnya.
Pihaknya menambahkan, sebenarnya BRI Agro memang berencana menambah modal di tahun 2021 mendatang. Hanya saja, karena kondisi pasar yang belum kondusif akibat pandemi Covid-19, rencana tersebut terpaksa diundur.
Asal tahu saja, per September 2020 posisi modal inti BRI Agro tercatat sebesar Rp 4,17 triliun. Modal tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan periode setahun sebelumnya yang sebesar Rp 4,38 triliun atau susut -4,83% secara year on year (yoy).
Adapun, Hirawan mengatakan posisi modal tersebut masih cukup untuk memenuhi kebutuhan ekspansi perseroan ke depan. Menurutnya, arah pengembangan bisnis BRI Agro nantinya akan mengarah ke digital, sesuai dengan arahan dari induk perusahaan. "BRI Agro sudah ditunjuk oleh induk untuk menjadi digital attacker. Saat ini secara internal, persiapan dan penguatan ke arah tersebut sedang dilakukan," imbuhnya.
Di sisi lain, jauh lebih dulu dari kedua bank tersebut. PT Bank BCA Syariah justru telah memperkuat modal. Hal itu dilakukan pasca penggabungan BCA Syariah dengan PT Bank Interim yang sebelumnya bernama PT Bank Rabobank International Indonesia mendapatkan restu dari masing-masing pemegang saham. Lewat pengabungan tersebut, modal ditempatkan dan disetor BCA Syariah nanti akan meningkat dari Rp 1,99 triliun per Juli 2020 menjadi Rp 2,25 triliun.
Selain modal ditempatkan dan disetor, masih ada tambahan lain. Sebab, pasca merger tuntas maka secara otomatis seluruh aset, liabilitas dan ekuitas Bank Interim akan segera masuk ke dalam BCA Syariah. Perkiraan nilai aset yang akan beralih tersebut sekitar Rp 350 miliar. "Ada paid in capital yang bertambah Rp 69 miliar," kata Direktur Utama BCA Syariah John Kosasih belum lama ini.
Sementara rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) BCA Syariah sebelum penggabungana atau per 31 Juli 2020 adalah 38,7%. Pasca aksi merger, proyeksi CAR BCA Syariah bakal menjadi sebesar 43,43%.
Selanjutnya: BI dan OJK diminta perketat perizinan investor asing di bisnis bank digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News