kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Manufaktur di Sejumlah Negara Asia Terhambat Lockdown di China


Kamis, 02 Juni 2022 / 06:05 WIB
Manufaktur di Sejumlah Negara Asia Terhambat Lockdown di China

Reporter: Ferrika Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aktivitas pabrik di Asia melambat karena pembatasan ketat Covid-19 di China sehingga menghambat rantai pasokan dan permintaan. Masalah makin bertambah dengan adanya perang Ukraina serta percepatan laju inflasi sehingga menambah kekhawatiran pasar.

Sejumlah produsen di Asia mulai dari Taiwan, Malaysia, Filipina dan Australia mengalami penurunan permintaan pada bulan lalu. Kondisi ini menjadi tantangan bagi regulator untuk memerangi inflasi dengan kebijakan moneter yang lebih ketat tanpa menekan pertumbuhan.

S&P Global misalnya mencatat, Indeks Manajer Pembelian Manufaktur (PMI) Taiwan turun di level 50 pada bulan lalu. Ini merupakan angka terendah sejak Juni 2020 lalu dan turun dari 51,7 pada April karena output dan pesanan baru juga ikut menurun.

Economics Associate Direktur di S&P Global Market Intelligence Annabel Fiddes mengatakan, data terbaru terus menyoroti prospek kuartal kedua yang cenderung menantang bagi produsen - produsen di Taiwan.

"Mereka menghadapi gangguan rantai pasokan lebih lanjut karena penguncian di daratan China serta melemahnya permintaan konsumen secara umum di tengah tekanan inflasi global yang kuat," kata Annabel, dikutip dari Bloomberg, Rabu (1/6).

Baca Juga: Beri Peringatan ke Taiwan dan AS, China Gelar Patroli Kesiapan Tempur

Tak berbeda, PMI manufaktur Malaysia juga turun menjadi 50,1 dari 51,6 di bulan April dengan output dan pesanan baru juga turun. Indeks Filipina ikut turun ke level 54,1, dari posisi 54,3.

Sementara Thailand tidak berubah di level 51,9. Indeks Australia turun menjadi 55,7 dari 58,8. Vietnam melawan pelemahan dengan melonjaknya angka menjadi 54,7, dari 51,7 pada April 2022, tertinggi sejak April 2021 dan ekspansi bulan kedelapan secara berturut-turut.

Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence Andrew Harker menyebut, kenaikan itu karena produsen Vietnam dapat beroperasi secara normal saat gangguan pandemi mulai memudar.

"Pada bulan Mei 2022, terjadi percepatan yang tajam dalam pertumbuhan output dan pesanan baru, yang pada gilirannya meningkatkan lapangan kerja dan pembelian,” terangnya.

Data yang dirilis Selasa menunjukkan bahwa pabrik-pabrik China terus berkontraksi pada Mei 2022. Meskipun pada kecepatan yang lebih lambat karena beberapa pembatasan Covid-19 paling ketat di negara itu mulai dilonggarkan.

Menurut data yang dirilis Biro Statistik Nasional, indeks manajer pembelian manufaktur resmi China naik dari 47,4 menjadi 49,6 pada April 2022. Nilai itu lebih tinggi dibandingkan dengan survei ekonom Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×