Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Krisis yang menghantam Grup Adani dikhawatirkan menular ke pasar keuangan India. Dimana lembaga pemeringkat Moody's memperingatkan bahwa konglomerat tersebut mungkin berjuang meningkatkan modal dan S&P memangkas prospek dua bisnisnya.
Melansir Reuters, akibat krisis ini, terjadi kekacauan di parlemen India karena beberapa anggota parlemen menuntut penyelidikan setelah terjadi penurunan dramatis pada nilai saham perusahaan orang terkaya India Gautam Adani.
Krisis tersebut dipicu laporan Riset Hindenburg minggu lalu di mana short-seller yang berbasis di Amerika Serikat (AS) tersebut menuduh Grup Adani melakukan manipulasi saham dan utang yang tidak berkelanjutan.
Baca Juga: Batalkan Penjualan Saham Senilai Rp 37 Triliun, Kemunduran Besar Bagi Adani
Adani Group, salah satu konglomerat top India, telah menolak kritik tersebut dan membantah melakukan kesalahan dalam sanggahan terperinci, tetapi gagal menahan penurunan sahamnya yang tak kunjung reda.
Sebagai tanda terbaru dari pelebaran krisis, Kementerian Urusan Korporasi India telah memulai tinjauan awal atas laporan keuangan Grup Adani dan pengajuan peraturan lainnya yang dibuat selama bertahun-tahun, kata dua pejabat pemerintah kepada Reuters.
Meskipun saham di perusahaan Adani pulih setelah penurunan tajam pada Jumat pagi, tujuh perusahaan yang terdaftar masih kehilangan sekitar setengah nilai pasar mereka, dengan total lebih dari US$ 100 miliar sejak Hindenburg menerbitkan laporannya pada 24 Januari 2023.
Moody's memperingatkan penurunan saham dapat memukul kemampuan Adani Group meningkatkan modal, meskipun Fitch melihat tidak ada dampak langsung pada peringkatnya.
Baca Juga: Miliarder Terkaya di Asia Minta Bantuan India untuk Selamatkan Kerajaannya
"Perkembangan yang merugikan ini kemungkinan akan mengurangi kemampuan grup untuk meningkatkan modal guna mendanai belanja modal atau membiayai kembali utang yang jatuh tempo selama 1-2 tahun ke depan. Kami menyadari bahwa sebagian dari belanja modal dapat ditangguhkan," kata Moody's.
Bagi Adani, mantan putus sekolah dari Gujarat, negara bagian barat asal Perdana Menteri India Narendra Modi, krisis menghadirkan tantangan reputasi dan bisnis terbesar dalam hidupnya, karena perusahaannya berjuang untuk meredakan kekhawatiran investor.