Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) suskses memperbaiki kualitas aset secara keseluruhan tahun ini. Hal itu tercermin dari rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) yang turun ke level 3,5% per Juni 2022 atau senilai Rp 10,13 triliun. Itu turun dari 3,7% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kendati demikian, beberapa segmen kredit bank ini masih memiliki NPL yang cukup tinggi yakni kredit korporasi sektor perumahan dan kredit komersial non perumahan.
Berdasarkan materi presentasi laporan keuangan BTN semester I 2022 dikutip Rabu (5/10), di segmen kredit konstruksi, BTN mencatatkan NPL sebesar 23,11% per Juni tahun ini, naik dari 21,29% dari akhir tahun lalu.
NPL di segmen ini mulai meningkat tinggi sejak 2018 menjadi 7,13%, lalu naik 18,71% pada 2019 dan 19,58% pada 2020. Sedangkan NPL kredit komersial mencapai 10,88% per Juni, turun dari 15,26% pada akhir 2021.
Sebelumnya, Direktur Remedial & Wholesale Risk Bank BTN Elisabeth Novie Riswanti mengatakan, masih tingginya rasio NPL di kedua segmen tersebut lebih didominasi pada segmen highrise (apartemen).
Baca Juga: BTN Semakin Fokus Genjot Dana Murah
"Untuk menurunkan rasio NPL di kedua segmen tersebut, BTN masih terus fokus untuk melakukan penjualan secara bulk (bulksales) disamping tetap menjalankan beberapa pola penyelesaian lain seperti dengan melakukan Lelang Expo," kata Novie.
Bank BTN saat ini sedang menjajaki penjualan NPL secara bulksales lewat skema aset swap atau tukar guling aset dengan surat berharga. Perseroan menargetkan penjualan NPL sebesar Rp 1 triliun tahun ini lewat skema ini.
Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu dalam publik ekspose yang digelar pada akhir September lalu menambahkan, BTN sudah menjajaki kerjasama dengan dua kandidat mitra penerbit sukuk dari perusahaan BUMN infrastruktur.
Ia bilang, BTN dan calon mitra itu sepakat aset swap tersebut ditargetkan bisa selesai sebelum akhir tahun atau sekitar bulan November dan Desember. Calon penerbit sukuk tersebut masih harus mendapatkan izin dari pemegang sahamnya dan juga dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sementara proses di BTN tinggal satu tahapan lagi yakni menunggu dapat opini dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Baca Juga: Suku Bunga BI Naik, Kementerian PUPR Pastikan Bunga KPR Subsidi Tetap 5%
BTN berharap opini dari BPK bisa keluar pada September 2022 ini. Nixon optimis pihaknya bisa mendapatkan opini positif bahwa transaksi itu akan memperbaiki balance sheet atau neraca keuangan BTN dan kondisi industri perekonomian, terutama industri perumahan.
"Dari sisi mereka (mitra penerbit sukuk), penerbitan sukuknya dan proses administrasinya mereka estimasi kan selesai di bulan November karena bisa dibilang ini penerbitan sukuk yang privat placement atau langsung ke pembeli sukuk yang ujung-ujungnya aset sales itu," ungkap Nixon.
Ia mengatakan, aset NPL yang akan dijual tersebut merupakan proyek pembangunan highrise building yang bermasalah di masa lalu. Dengan target penjualan NPL sebesar Rp 1 triliun. Sampai akhir tahun, bank spesialis kredit sektor perumahan ini menargetkan rasio NPL bisa turun ke kisaran 3,3%-3,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News