kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45902,26   -24,47   -2.64%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Krakatau Steel (KRAS) menuntaskan pembentukan subholding Sarana Infrastruktur


Jumat, 02 Juli 2021 / 04:05 WIB
Krakatau Steel (KRAS) menuntaskan pembentukan subholding Sarana Infrastruktur

Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menuntaskan pembentukan Subholding Sarana Infrastruktur yang merupakan perusahaan hasil integrasi dari beberapa anak perusahaan perseroan. Dokumen pembentukan Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel telah ditandatangani oleh Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dan pemegang saham lainnya pada Rabu (30/6) lalu. Pembentukan subholding ini dilakukan dalam rentang waktu selama tiga bulan sejak bulan Maret 2021.

Subholding Sarana Infrastruktur ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang layanan kawasan industri terintegrasi dengan empat area utama, yang terdiri dari kawasan industri, penyediaan energi, penyediaan air industri, dan pelabuhan. Adapun anak perusahaan yang bergabung adalah PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC), PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL), PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), dan PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS).

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, Subholding Sarana Infrastruktur memiliki pondasi yang kuat secara finansial. Penggabungan empat perusahaan tersebut memiliki pendapatan Rp 3,4 triliun dan nilai EBITDA sebesar Rp1 triliun pada tahun 2020 dan akan terus berkembang seiring dengan pertumbuhan kebutuhan kawasan industri di Indonesia. 

Pada tahun 2020, terdapat puluhan perusahaan multinasional dan perusahaan domestik yang telah berinvestasi dengan potensi pertumbuhan yang lebih besar di tahun mendatang. Beberapa industri itu di antaranya, Semen Indonesia, Holcim, Pupuk Indonesia, Posco, Nippon Steel, PT Timah, Asahimas, Lotte Chemical, Chandra Asri, Indofood, Charoen Pokphand, JAPFA, Astra Internasional, dan Indonesia Power. 

“Dari pembentukan subholding ini diproyeksikan menghasilkan pendapatan hingga Rp7,8 triliun di lima tahun mendatang. Sementara untuk EBITDA diproyeksikan meningkat mencapai Rp2,2 triliun di tahun 2025,” ungkap Silmy dalam keterangan resmi yang terima Kontan.co.id, Kamis (1/7). 

Baca Juga: Krakatau Steel cenderung lebih siap beradaptasi menghadapi gelombang susulan pandemi

Silmy menambahkan, pembentukan Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel ini merupakan bagian dari transformasi Krakatau Steel dalam rangka peningkatan value perusahaan melalui pengelolaan yang lebih baik dan pengembangan yang fokus dan terukur.

Anak-anak usaha yang tergabung dalam Subholding ini memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri. Seperti misalnya, PT KIEC yang mengelola 3.250 hektar lahan industri dengan 920 hektar lahan industri yang tersedia untuk pengembangan tiga tahun ke depan. 

"Area kawasan industri yang dikelola oleh PT KIEC adalah satu dari lima kawasan industri terbesar di Indonesia. Sementara PT KDL memiliki kapasitas 120 MW dan saat ini tengah membangun fasilitas energi terbarukan melalui energi surya terapung yang mulai beroperasi pada tahun 2023," jelasnya. 

Lalu ada PT KTI, perusahaan penyedia jasa air industri terintegrasi terbesar di Indonesia dengan kapasitas 3.000 liter per detik di Cilegon. Ke depannya akan ada penambahan 1.600 liter per detik yang saat ini sedang dikembangkan di Gresik, Kendari, dan Sumbawa. 

 

Terakhir, PT KBS yang memiliki kapasitas bongkar muat pelabuhan sebesar 25 juta ton per tahun dengan ketersediaan 17 jeti. Silmy juga bilang, PT KBS merupakan pelabuhan curah terbesar dan terdalam secara alami di Indonesia dengan fasilitas pergudangan yang terintegrasi dan efisien. 

Silmy berujar, setiap keunggulan dari infrastruktur ini berada dalam satu kawasan industri sehingga akan membuat Sarana Infrastruktur Krakatau Steel ini lebih kompetitif jika dibandingkan dengan kawasan industri lainnya yang ada di Indonesia. 

“Keunggulan lainnya kawasan industri ini adalah berada di lokasi yang strategis dan memiliki konektivitas yang baik karena berdekatan dengan bandara internasional Soekarno Hatta, Ibu Kota Jakarta, dan terhubung dengan jalur kereta api pulau Jawa serta lokasi pelabuhan PT KBS yang merupakan perlintasan jalur logistik dunia. Dengan beragam keunggulan ini area Subholding Sarana Infrastruktur, ke depannya berpotensi menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),” pungkasnya. 

Selanjutnya: Wow, Silmy Karim memborong 1,38 juta saham Krakatau Steel (KRAS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

×