kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kontribusi Sektor Manufaktur bagi Pertumbuhan Ekonomi Mengecil, Ini Kata Indef


Rabu, 08 Februari 2023 / 08:20 WIB
Kontribusi Sektor Manufaktur bagi Pertumbuhan Ekonomi Mengecil, Ini Kata Indef

Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor manufaktur menjadi kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini. Sayangnya, kontribusi pertumbuhan sektor tersebut menurun dalam tiga tahun terakhir. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, kontribusi sektor manufaktur ke pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 sebesar 18,34%. Ini lebih rendah daripada kontribusi pada tahun 2021 yang sebesar 19,25% dan kontribusi pada tahun 2020 yang sebesar 19,88%. 

Peneliti Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef Ahmad Heri Firdaus mengungkapkan, penurunan kontribusi tersebut disebabkan oleh pertumbuhan industri manufaktur yang lebih rendah dibandingkan sektor lainnya. 

Sebut saja seperti sektor transportasi dan pergudangan yang mampu tumbuh hingga 19,87% secara tahunan alias year on year (YoY) serta sektor akomodasi makan dan minum yang tumbuh 11,97%.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal I 2023 Diproyeksi Melambat, Ini Penyebabnya

"Pertumbuhan manufaktur kalah cepat dibandingkan sektor lain. Sehingga ini mengapa kontribusinya makin lama makin kecil terhadap pertumbuhan nasional," kata Heri saat menjawab pertanyaan Kontan.co.id, Selasa (7/2). 

Selain itu, Heri menjelaskan, pertumbuhan sektor manufaktur ini selalu di bawah capaian pertumbuhan ekonomi nasional.  Seperti contoh, pada tahun 2022 ekonomi Indonesia tumbuh 5,31% YoY. Sedangkan industri pengolahan hanya tumbuh sekitar 4,89% secara total. 

Heri memandang kondisi ini perlu menjadi perhatian lebih. Apalagi, industri pengolahan masih akan menjadi motor penggerak perekonomian selama beberapa waktu ke depan. 

Selain itu, industri pengolahan juga menyerap banyak tenaga kerja. Makin banyak masyarakat yang bekerja, maka ada penghasilan dan menghasilkan daya beli.  Ia menegaskan, masih terlalu dini untuk Indonesia di level deindustrialisasi atau berada di kondisi di mana industri tidak lagi berperan sebagai basis pendorong utama perekonomian suatu negara. 

"Pada masanya memang kita akan melakukan deindustrialisasi. Namun, harus memenuhi syarat. Untuk sekarang, kita masih perlu industri manufaktur untuk peningkatan kesejahteraan dan penyerapan tenaga kerja," tandas Heri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×