kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah di Balik 2 Wilayah yang Memisahkan Diri di Ukraina Timur


Selasa, 22 Februari 2022 / 23:15 WIB
Kisah di Balik 2 Wilayah yang Memisahkan Diri di Ukraina Timur

Sumber: Channel News Asia,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Vladimir Putin pada Senin (21/2) mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina Timur, sebuah langkah yang semakin memicu ketegangan dengan Barat di tengah kekhawatiran invasi Rusia.

Langkah Putin itu mengikuti ketegangan yang meningkat selama berhari-hari di jantung industri Timur Ukraina, di mana pasukan Ukraina terkunci dalam konflik hampir delapan tahun dengan separatis yang didukung Rusia, yang telah menewaskan lebih dari 14.000 orang.

Putin langsung memerintahkan pasukan Rusia untuk “menjaga perdamaian” di dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina Timur, beberapa jam setelah dia mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai entitas independen.

Mengutip Reuters, dalam dua dekrit, Putin pada Senin (21/2) menginstruksikan Kementerian Pertahanan Rusia untuk mengambil “fungsi menjaga perdamaian” di wilayah Ukraina Timur, yakni Donetsk dan Luhansk.

Barat telah berulang kali memperingatkan Rusia untuk tidak mengakui wilayah separatis di Donetsk dan Luhansk, sebuah langkah yang secara efektif mengubur proses perdamaian yang rapuh di wilayah tersebut.

Baca Juga: Dengan Alasan Jaga Perdamaian, Putin Perintahkan Militer Rusia Masuk ke Ukraina Timur

Apalagi, Rusia telah memperoleh hak untuk membangun pangkalan militer di dua wilayah Ukraina yang memisahkan diri berdasarkan perjanjian baru dengan para pemimpin separatis, menurut salinan perjanjian yang ditandatangani Putin dan terbit pada Senin (21/2).

Pemberontakan separatis di Ukraina Timur

Melansir Channel News Asia, ketika Presiden Ukraina yang bersahabat dengan Moskow digulingkan dari jabatannya oleh protes massal pada Februari 2014, Rusia merespons dengan mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina. 

Tanggapan Rusia itu kemudian melemparkan bobotnya di belakang pemberontakan di wilayah Ukraina Timur yang sebagian besar berbahasa Rusia yang dikenal sebagai Donbas.

Pada April 2014, pemberontak yang didukung Rusia merebut gedung-gedung pemerintah di wilayah Donetsk dan Luhansk, memproklamirkan pembentukan "republik rakyat" dan memerangi pasukan Ukraina dan batalion sukarelawan.

Bulan berikutnya, wilayah separatis mengadakan pemungutan suara untuk mendeklarasikan kemerdekaan dan mengajukan tawaran untuk menjadi bagian dari Rusia. 

Baca Juga: Rusia Akui Donetsk dan Luhansk, Ini Peringatan Keras Putin kepada Ukraina



TERBARU

×