kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Reksadana Pendapatan Mentereng pada Bulan Lalu, Ini Pendorongnya


Kamis, 02 Februari 2023 / 07:35 WIB
Kinerja Reksadana Pendapatan Mentereng pada Bulan Lalu, Ini Pendorongnya

Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja reksadana pendapatan tetap mencatatkan return terbaik di awal tahun ini. Hal tersebut seiring menguatnya pasar obligasi tanah air.

Berdasarkan data Infovesta Utama, kinerja reksadana pendapatan tetap berhasil tumbuh 0,77% di sepanjang Januari 2023. Disusul, penguatan kinerja reksadana campuran sebesar 0,41% dan reksadana pasar uang sebesar 0,38%. Hanya reksadana saham yang terkoreksi 0,15% selama Januari 2023.

Research Analyst PT Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan bahwa kinerja reksadana berbasis obligasi seperti pendapatan tetap mendapatkan manfaat dari moncernya pasar surat utang Indonesia. Dimana, obligasi pemerintah maupun obligasi korporasi kompak mencetak pertumbuhan kinerja.

Di sepanjang Januari, Infovesta Goverment Bond Index mencatatkan return sebesar 0,87%. Sedangkan, kinerja obligasi korporasi yang tercermin dari Infovesta Corporate Bond Index meraih return 0,38%.

Baca Juga: Rupiah Menguat, Kinerja Reksadana Dolar AS Positif

Performa pasar obligasi juga lebih baik dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tertekan 0,17% selama Januari 2023. Karena itu, Arjun meyakini Surat Utang Negara (SUN) bisa memberi return paling tinggi di tahun ini, di saat kinerja pasar saham saat ini lumayan volatil.

"Kinerja pasar uang juga layak dicermati di tengah risiko resesi global dan ketidakpastian geopolitik," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Rabu (1/2).

Apabila melihat pasar SUN, investor asing pun juga tengah berbondong-bondong masuk. Misalnya pada lelang SUN Selasa (31/1), arus dana masuk (inflow) investor asing pada lelang SUN mencapai Rp 10,91 triliun yang dihitung sebagai penawaran masuk.

Menurut Arjun, hal Ini terjadi karena valuasi imbal hasil (yield) masih atraktif dibandingkan negara lain. Selain itu, obligasi pemerintah didukung fundamental ekonomi yang solid, serta nilai tukar mulai terapresiasi.

Arjun menyarankan bagi investor yang lebih konservatif di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik saat ini lebih baik menempatkan dana pada obligasi. Investor bisa mencermati obligasi negara seri benchmark dan obligasi korporasi yang mempunyai rating bagus.

Baca Juga: Harga SUN Rebound, Return Aset Fixed Income Bisa Lebih Atraktif di 2023

Tetapi, kiat berinvestasi tergantung risk profile masing-masing investor. Apabila lebih lebih agresif dalam berinvestasi bisa menguji investasi saham yang masih diselimuti risiko tinggi untuk mendapat potential upside.

Asalkan, investor pandai meniali saham yang mempunyai fundamental dan sektor yang punya prospek bagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×