Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren positif terus terjadi pada industri unitlink, di mana imbal hasil terus merangkak naik secara bulanan. Meskipun, pendapatan premi dari produk unitlink secara industri masih terkoreksi 11,7% secara tahunan berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI).
Berdasarkan data Infovesta Utama, imbal hasil yang diberikan oleh produk unitlink berbasis saham pada bulan Agustus 2022 tercatat naik sekitar 1,43% secara bulanan atau masih negatif 0,39% dari awal tahun.
Sejalan dengan itu, produk unitlink dengan basis campuran juga ikut terkerek naik sekitar 1,16% secara bulanan. Jika dilihat sejak awal tahun, imbal hasilnya justru lebih baik karena sudah di area positif 0,42%.
Sementara itu, unitlink pendapatan tetap mengalami kenaikan yang sedikit lambat sekitar 0,33% secara bulanan dan juga masih di area negatif 0,78% kalau berdasarkan data sejak awal tahun.
Meskipun masih di tren yang positif, bukan berarti imbal hasil unitlink terbebas dari koreksi hingga akhir tahun. Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana bilan, kenaikan harga BBM yang diumumkan awal September ini bisa menjadi mimpi buruk.
Baca Juga: Asuransi Umum Jajal Pasarkan Paydi, Apa Bedanya dengan Unitlink di Asuransi Jiwa?
Memang, Wawan menyebut perlunya mencermati seberapa dalam dampak dari kenaikan harga BBM ini. Mengingat inflasi diperkirakan bakal menuju level 6% karena dampak dari kebijakan itu, maka Wawan menilai bukan tidak mungkin ada koreksi.
“Kalau itu terjadi pasti bakal koreksi tapi menjadi menarik untuk masuk karena jangka panjang,” ujar Wawan.
Hanya saja, Wawan masih optimistis semua produk unitlink dengan berbasis apapun baik itu saham, pendapatan tetap, maupun campuran masih memberikan imbal hasil yang positif.
“Sekarang kan yang saham tinggal tipis aja tuh -0,39% kalau akhir tahun mungkin bisa positif 2% atau 3% kalau setara dengan pergerakan IHSG,” imbuhnya.
Wawan juga mengingatkan bahwa dengan adanya kondisi produk unitlink saham memberikan imbal hasil yang menjanjikan, bukan berarti tidak perlu adanya diversifikasi atas portofolio yang dimiliki.
Malah, ia merekomendasikan agar pemegang polis unitlink lebih banyak menempatkan dananya ke portofolio pendapatan tetap. Bercermin pada kinerja reksadana saham dalam 10 tahun terakhir ada di bawah IHSG sementara reksadana obligasi justru di atasnya.
“Unitlink umurnya jangka panjang jadinya lebih baik ditempatkan di instrumen yang pasti. Kalau saham bisa tinggi sekali tapi bisa turun sekali,” imbuhnya.
Baca Juga: Industri Asuransi Umum Mulai Menjajal Bisnis Unitlink
Terlepas dari imbal hasil yang diberikan, Ketua AAJI Budi Tampubolon melihat produk asuransi unitlink bisa kembali tumbuh dari sisi pendapatan preminya. Mengingat, para tenaga pemasar sudah banyak mempelajari aturan baru OJK terkait produk unitlink yang keluar awal tahun ini.
“Sudah semakin banyak tenaga pemasar yang menyiapkan diri untuk mampu mendiskusikan produk asuransi jiwa menurut ketentuan SE OJK tersebut,” ujar Budi.
Sependapat, Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan juga bilang bahwa produk unit link telah memiliki segmen market tersendiri dan penurunan premi produk unit link ini kami prediksi hanya sementara waktu sambil menunggu revamp produk unit link yang baru sesuai dengan peraturan.
Pendapatan premi unitlink BNI Life sampai dengan Agustus 2022 sebesar Rp 896 miliar dan jika dibandingkan dengan tahun lalu mengalami sedikit penurunan kurang lebih sebesar 11%.
“Jika dilihat dari persentase porsi unitlink saat ini memang unit link saham masih mendominasi,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News