kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan Harga Komoditas Mendongkrak Penjualan Kendaraan Niaga Hino Indonesia


Jumat, 04 Februari 2022 / 07:05 WIB
Kenaikan Harga Komoditas Mendongkrak Penjualan Kendaraan Niaga Hino Indonesia

Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) meyakini penjualan kendaraan niaga di tahun 2022 berada dalam tren yang positif seiring pulihnya perekonomian nasional.

Santiko Wardoyo, Chief Operating Officer Hino Motors Sales Indonesia menyebut, penjualan kendaraan niaga merek Hino di tahun 2021 naik sekitar 52%. Kenaikan penjualan Hino paling terasa di semester kedua tahun lalu sejalan dengan ekonomi Indonesia yang mulai membaik.

Hal ini didukung pula dengan pergerakan harga sejumlah komoditas yang terus bergerak naik sehingga mendongkrak permintaan produk kendaraan niaga Hino, terutama dari sektor batubara dan nikel.

Baca Juga: Hino Connect telah digunakan oleh 20.000 kendaraan dan lebih dari 7.000 customer

"Kami dominan di batubara dan nikel. Selama produksi komoditas ini naik, kebutuhan truk tetap tinggi. Di luar itu, penjualan kami juga bagus di sektor kargo logistik," ungkap Santiko, Kamis (3/2).

HMSI tidak mengungkapkan secara gamblang target penjualan kendaraan niaga Hino di tahun 2022. Perusahaan ini berharap mampu menyamai realisasi penjualan seperti tahun 2019 atau sebelum pandemi Covid-19. Masih berlanjutnya tren kenaikan harga komoditas menjadi keuntungan tersendiri bagi HMSI dalam upaya meningkatkan penjualannya.

HMSI juga siap memproduksi kendaraan niaga dengan standar Euro 4 di tahun ini. Bahkan, HMSI sebelumnya telah rutin melakukan ekspor kendaraan niaga standar Euro 4 ke beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Filipina. Penjualan ekspor kendaraan niaga Hino rata-rata mencapai 3.000 unit di tiap tahun.

"Euro 4 bukan hal baru bagi kami. Sekarang tinggal persoalan suplai bahan bakar untuk Euro 4 apakah sudah cukup terpenuhi di Indonesia atau sebaliknya," tandas Santiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×