kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga komoditas dinilai akan berdampak positif pada APBN


Jumat, 08 Oktober 2021 / 06:40 WIB
Kenaikan harga komoditas dinilai akan berdampak positif pada APBN

Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sejumlah komoditas terlihat meroket sepanjang tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang turut mendorong permintaan terhadap sejumlah komoditas.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy mengatakan, Kenaikan harga komoditas akan berdampak positif terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tren tersebut sudah terlihat dari beberapa pos penerimaan negara sampai dengan bulan Agustus 2021.

Yusuf mengatakan, misalnya pertumbuhan penerimaan pajak berdasarkan lapangan usaha pertambangan yang telah mencapai pertumbuhan 8% secara year on year (yoy), yang padahal tahun lalu pertumbuhannya terkontraksi  hingga minus 30%.

“Selain itu kalau melihat dari pos lain seperti Bea Keluar. Pemerintah seperti mendapatkan durian runtuh dari kenaikan harga komoditas utama, karena tumbuh hingga 891% imbal aktifnya tarif bea keluar untuk crude palm oil (CPO) ketika harga komoditas meningkat dan juga kenaikan harga batubara,” kata Yusuf kepada Kontan.co.id, Kamis (6/10).

Baca Juga: Harga batubara meroket, Pengamat: Pasokan batubara untuk PLN harus tetap terjaga

Sementara itu untuk harga komoditas seperti batubara, Yusuf mengatakan, peningkatan harga batubara disebabkan oleh peningkatan permintaan dan juga terbatas suplai. Saat ini untuk pasokan batubara sedang dihadapkan pada kondisi suplai.

Contohnya menghadapi peningkatan permintaan dari Rusia, Korea Selatan, dan juga Jepang. Peningkatan permintaan dari Jepang disebabkan peningkatan permintaan industri dan rumah tangga setelah mesin ekonomi kembali berjalan.

Lebih lanjut, Yusuf bilang, Jepang sebenarya bisa meningkatkan permintaan dari Australia, akan tetapi, sentimen lingkungan dan juga masalah tenaga kerja menjadi kendala tersendiri.

Sementara supply dari Mongolia harus terhambat pasokan yang hanya menggunakan truk pengangkut dengan ukuran yang kecil sehingga membutuhkan waktu angkut dan antar yang lebih banyak. Dia melihat kondisi ini masih akan bertahan setidaknya sampai musim dingin berakhir.

Ke depannya, Yusuf mengatakan harga CPO untuk ke depannya akan ada potensi mengalami kenaikan kembali, karena faktor harga minyak mentah.

“Umumnya pergerakan harga CPO dan minyak mentah sejalan karena minyak biodiesel yang merupakan produk turunan dari biodiesel merupakan produk substitusi dari minyak mentah itu sendiri, sehingga dengan potensi kenaikan harga minyak yang masih akan terjadi tentu harga CPO masih ada peluang untuk terjadi rebound,” pungkasnya.

Selanjutnya: Harga komoditas melonjak, simak sepak terjang Peter Sondakh lewat Rajawali Corpora

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×