Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menyebut belum menemui masalah terkait tingginya harga gandum maupun gangguan produksi gandum di Ukraina akibat konflik dengan Rusia.
Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies menyampaikan, tren kenaikan harga gandum global pada dasarnya sudah terjadi sejak awal pandemi Covid-19.
Di tahun 2021 lalu, kenaikan harga gandum global mencapai kisaran 40%. Importir gandum juga harus menghadapi efek volatilitas nilai tukar rupiah dan biaya pengangkutan kontainer yang ikut naik.
Adanya konflik Rusia-Ukraina juga tidak menjadi penghambat bagi importir gandum. Sebab, Ukraina baru akhir-akhir ini saja menjadi produsen gandum terbesar. Ini mengingat negara-negara tradisional penghasil gandum terbesar sempat mengalami gangguan panen, contohnya Australia.
Baca Juga: Ini Tanggapan Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Terkait Lonjakan Harga Jagung
Berdasarkan data Aptindo yang diterima Kontan, Indonesia pernah mengimpor 2,41 juta ton gandum dari Australia dan jumlah yang sama dari Ukraina di tahun 2018.
Impor gandum dari Australia menyusut jadi 822 ribu (2019) dan 830 ribu (2020). Sedangkan, impor gandum dari Ukraina naik menjadi 2,99 juta (2019) dan 2,96 juta (2020).
Barulah kemudian impor gandum dari Australia kembali melejit menjadi 4,69 juta ton di 2021, meski di saat yang sama impor gandum dari Ukraina juga tumbuh menjadi 3,07 juta ton.
“Sampai sekarang tidak ada keluhan dari anggota Aptindo. Sumber impor kedelai dari negara lain masih banyak,” ungkap Ratna, Selasa (1/3).
Dengan adanya kenaikan harga gandum tersebut, tentu saja harga jual terigu di dalam negeri turut mengalami kenaikan. Sayangnya, Ratna tidak bisa membeberkan besaran kenaikan harga terigu di pasar domestik. Yang pasti, kenaikan harga terigu dilakukan sejak bertahap dan sudah terjadi sejak tahun lalu.
Baca Juga: Lonjakan Harga Komoditas Akan Mempengaruhi Bisnis Pelaku Usaha Pangan Domestik
Di samping itu, Aptindo juga sudah cukup gencar melakukan sosialisasi kenaikan harga jual terigu kepada pelanggan, termasuk sektor industri yang memanfaatkan terigu sebagai bahan baku produknya.
“Sosialisasi terus kami lakukan, sehingga kami bersyukur tidak terjadi keributan dari pelanggan, termasuk UMKM,” tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News