Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga beras terus terjadi selama lima bulan terakhir, atau sejak Juli 2022 hingga November 2022 membuat komoditas ini mulai memberi andil pada inflasi umum.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengingatkan, pemerintah perlu mengambil langkah cepat terkait hal ini. Jangan sampai, inflasi beras menjadi beban tambahan.
“Inflasi beras perlu diperhatikan. Apalagi, beras ini adalah makanan pokok. Jangan sampai inflasi beras akan menambah beban inflasi,” tutur David kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Baca Juga: Inflasi Inti Melandai, Imbas Permintaan yang Belum Kuat
Untuk menekan inflasi beras, David mengimbau pemerintah untuk memperhatikan pasokan beras dan data ketersediaan beras. Jangan sampai, ada kesenjangan data yang akhirnya membuat kelabakan.
David juga mengatakan, bila memang pasokan beras menipis dan suplai dalam negeri tidak mencukupi, maka opsi impor beras bisa diambil oleh pemerintah.
“Kalau memang perlu impor, ya impor saja. Yang penting ini untuk menjaga pasokan dan stabilitas harga, apalagi ini makanan pokok,” tambahnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada Juli 2022 terjadi inflasi sebesar 0,05% secara bulanan, kemudian inflasi beras Agustus 2022 sebesar 0,54% secara bulanan.
Inflasi beras terjadi lagi pada September 2022 sebesar 1,44%. Asal tahu saja, pada bulan tersebut ada penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah.
Baca Juga: Tinggal Sebulan, Inflasi 2022 Diprediksi Berada di Bawah 6%
Inflasi beras masih berlanjut pada Oktober 2022 sebesar 1,13% dan pada November 2022 tercatat 0,37%.
BPS menyebut, kenaikan harga makanan pokok Indonesia dipengaruhi oleh penurunan produksi hingga penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News