kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenkes berharap bulan depan Indonesia telah mampu produksi remdesivir


Senin, 12 Juli 2021 / 04:45 WIB
Kemenkes berharap bulan depan Indonesia telah mampu produksi remdesivir

Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kesehatan (Kemenkes), berharap mulai bulan Agustus mendatang Indonesia sudah dapat memproduksi obat remdesivir. Remdesivirselama ini digunakan oleh pasien Covid-19 untuk terapi.

Plt Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan drg. Arianti Anaya mengatakan, beberapa produk obat seperti remdesivir dan tocilizumab memang masih diimpor dari negara lain seperti India, China, dan Jerman.

"Memang kita belum bisa membuat tetapi mudah-mudahan remdesivir bulan Agustus kita sudah bisa memproduksi di dalam negeri, sehingga kita akan lebih lebih siap untuk memenuhi stok yang ada di dalam negeri," kata Arianti dikutip dalam konferensi pers virtual Kemenkes, Minggu (11/7).

Baca Juga: Kemenkes pastikan stok obat mencukupi untuk penanganan lonjakan kasus Covid-19

Adapun dalam menghitung kebutuhan obat-obatan dan oksigen, pihaknya akan melihat kebutuhan setiap orang terhadap obat maupun oksigen. Untuk kebutuhan obat Arianti menjelaskan, dihitung berdasarkan prediksi kasus yang orang tanpa gejala atau OTG, gejala ringan gejala sedang dan gejala berat sampai kritis.

"Itu akan kita akan dilakukan perhitungan, biasanya OTG itu 80% ya lebih besar daripada daripada yang kritis. Berdasarkan perhitungan prediksi dari jumlah kasus maka kita bekerjasama dengan organisasi profesi menghitung kebutuhan obat dari situlah maka dilakukan bagaimana kita bisa memenuhi ketersediaan obat," imbuhnya.

Lonjakan kasus yang terjadi dua minggu terakhir disebut di luar dari prediksi. Berkaca pada sebelum hari raya tren penambahan kasus tergolong stabil. Namun saat ini, Arianti menyebut lonjakan kasus bahkan lebih besar daripad yang terjadi tahun lalu atau pada bulan Februari kemarin.

"Nah inilah yang menyebabkan kita pemerintah sedang berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan produksi atau distribusi dari ketersediaan obat-obatan ini di dalam lonjakan yang sangat tinggi," jelasnya.

Adapun terkait anggaran Arianti menegaskan bahwa, anggaran akan disesuaikan dari jumlah kebutuhan prediksi yang ada. Maka dengan adanya lonjakan kasus yang sekarang, bukan tidak mungkin akan ada penambahan anggaran untuk pembelian obat-obatan, yang harus disediakan oleh Kementerian Kesehatan sebagai buffer stock maupun untuk melayani pasien.

Saat ini stok obat-obatan yang digunakan dalam menangani pasien Covid-19, diantaranya oseltamivir tersedia 11,6 juta kapsul, favipiravir tersedia 24,4 juta tablet, remdesivir 148.891 vial, azithromycin 12,3 jura tablet, multivitamin 76,9 juta tablet dan tocilizumab 421 vial.

"Tocilizumab hanya ada 421 tetapi tocilizumab ini hanya digunakan untuk kasus kritis. Artinya kasus kritis itu dihitung sangat kecil ya dibandingkan dengan kasus gejala ringan atau gejala sedang," ungkap Arianti.

Untuk tambahan stok tocilizumab Pemerintah akan mengupayakan menambah stoknya dalam satu dua hari ke depan. Begitupun dengan ketersediaan obat remdesivir yang akan dilakukan penambahan melalui impor dalam satu hingga dua hari ke depan.

Selanjutnya: Kimia Farma (KAEF) pastikan jual obat Covid-19 sesuai HET yang berlaku

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×