kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Kasus Covid-19 Rendah Bukan Kasusnya Benar-Benar Turun, Ini Penyebabnya Kata WHO


Jumat, 11 Maret 2022 / 22:45 WIB
Kasus Covid-19 Rendah Bukan Kasusnya Benar-Benar Turun, Ini Penyebabnya Kata WHO

Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO membunyikan alarm peringatan tentang penurunan drastis tingkat tes Covid-19 baru-baru ini. Sebab, itu membuat planet ini buta terhadap apa yang sedang virus corona lakukan.

"WHO khawatir dengan beberapa negara secara drastis mengurangi pengujian," ungkap Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Rabu (9/3), seperti dikutip Channel News Asia

"Ini menghambat kemampuan kita untuk melihat di mana virus itu berada, bagaimana penyebarannya dan bagaimana perkembangannya," tegas dia.

Maria Van Kerkhove, Pimpinan Teknis Covid-19 WHO, juga memperingatkan, kasus Covid-19 secara global belakangan rendah bukan benar-benar kasusnya turun, melainkan karena penurunan dramatis dalam pengujian.

"Virus ini masih menyebar pada tingkat yang terlalu intensif, memasuki tahun ketiga pandemi," katanya, seperti dilansir Channel News Asia. "Kita harus tetap waspada".

Baca Juga: Lebih Menular, WHO Sebut Penyebaran Omicron Siluman BA.2 Meningkat

Karena itu, pandemi masih jauh dari selesai, Tedros menegaskan, dua tahun setelah ia pertama kali menggunakan istilah itu untuk membangunkan dunia terhadap ancaman yang muncul dari Covid-19.

Tedros pertama kali menggambarkan Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Dua tahun kemudian, virus corona masih berkembang dan kasus Covid-19 melonjak di beberapa bagian dunia.

WHO menyatakan, darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, tingkat alarm tertinggi dalam peraturan lembaga di bawah naungan PBB itu, pada 30 Januari 2020, ketika di luar China terdeteksi kurang dari 100 kasus dan tidak ada kematian yang dilaporkan.

Tetapi, hanya penggunaan kata pandemi enam minggu kemudian yang tampaknya mengguncang banyak negara untuk bertindak.

Baca Juga: 5 Negara dengan Kematian Mingguan Tertinggi di Dunia Akibat Covid-19, Ada Indonesia

"Dua tahun kemudian, lebih dari 6 juta orang meninggal (akibat Covid-19)," ujar Tedros, sementara hampir 444 juta kasus tercatat secara global.

"Meskipun kasus dan kematian yang dilaporkan menurun secara global, dan beberapa negara telah mencabut pembatasan, pandemi masih jauh dari selesai, dan tidak akan berakhir di mana pun sampai semuanya berakhir," tegasnya.

Tedros mencatat lonjakan 46% persen dalam kasus baru Covid-19 pada minggu lalu di wilayah Pasifik Barat, dengan total 3,9 juta infeksi tercatat.

"Virus ini terus berkembang, dan kita terus menghadapi hambatan besar dalam mendistribusikan vaksin, tes, dan perawatan di mana pun mereka membutuhkannya," imbuh Tedros.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

×