kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Karena faktor ini, PLN UID Jateng-DIY undang investor sektor industri


Rabu, 17 Februari 2021 / 05:35 WIB
Karena faktor ini, PLN UID Jateng-DIY undang investor sektor industri

Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (PLN UID Jateng dan DIY) mengungkapkan reserve margin listrik pada sistem kelistrikan tahun 2020 mencapai hampir setengah beban puncak.

Manager Revenue Assurance dan Mekanisme Niaga PLN UID Jateng dan DIY M. Khamzah mengungkapakan kondisi reserve margin yang terjadi diharapkan dapat menjadi sentimen positif dalam menarik tumbuhnya industri pada wilayah Jateng dan DIY. Khamzah bilang total kapasitas pembangkit mencapai 9.039,72 MegaWatt (MW) sementara beban puncak hanya sebesar 4.473 MW.

Hal ini berdampak pada besaran reserve margin atau cadangan listrik yang mencapai sekitar 4.566,72 MW. "Untuk beban puncak pada malam hari itu 5.473 MW. Total pembangkit ada 9.000-an MW, berarti sebenarnya ada cadangan" ujar Khamzah dalam acara Central Java Solar Day yang digelar virtual, Selasa (16/2).

Baca Juga: Pemerintah targetkan pembangunan PLTS terapung capai 1,9 GW

Sebelumnya, kondisi reserve margin juga terjadi secara nasional akibat dampak pandemi covid-19.

Mengutip pemberitaan Kontan.co.id, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan kondisi kelebihan pasokan listrik berpotensi terjadi pada tahun 2029 mendatang jika mega proyek listrik 35 GW rampung.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan dari kajian pemerintah potensi kelebihan pasokan listrik berkisar antara 40% hingga 60%. "Reserve margin bisa sampai 50% dari idealnya 30%. Jadi ada 7 GW yang harus kita carikan pemecahannya," kata Arifin dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII, Januari lalu.

Arifin melanjutkan, kajian tersebut dibuat dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 4,6% hingga 5%. Atau lebih rendah dari asumsi awal sebesar 7%. "Dengan ada pandemi ini konstelasinya berubah dan harus segera lakukan langkah untuk atasi kebutuhan listrik," jelas Arifin.

Selanjutnya: Pemerintah dorong kendaraan listrik, begini kontribusi PLN dan Pertamina

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×