Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden AS, Joe Biden, pada hari Kamis (9/2) mengatakan bahwa balon mata-mata China bukan merupakan ancaman besar bagi keamanan nasional. Meskipun demikian, Biden mengecam aksi tersebut karena telah melanggar hukum internasional.
"Itu bukan pelanggaran besar. Maksud saya, tu pelanggaran hukum internasional. Itu wilayah udara kita. Dan begitu masuk ke ruang kita, kita bisa melakukan apa yang kita inginkan dengannya," kata Biden, seperti dikutip Reuters.
Biden mengatakan bahwa dirinya tidak menyesal menembak jatuh balon lebih cepat, meskipun para pejabat militer AS khawatir bagian-bagiannya dapat jatuh ke daerah berpenduduk.
"Benda ini sangat besar. Jadi saya memberi tahu mereka segera setelah mereka bisa menembak jatuh, tembak jatuh. Mereka membuat keputusan yang bijaksana. Mereka menembak jatuh di atas air," lanjut Biden.
Baca Juga: Militer AS, Inggris, dan Australia Menggelar Simulasi Perang dengan China di Udara
Pada 2 Februari lalu Biden memerintahkan agar balon ditembak jatuh begitu bergerak ke barat laut AS. Biden menuruti saran militer untuk menembak balon ketika sedang berada di atas perairan.
Balon dengan tinggi sekitar 61 meter itu akhirnya jatuh bersama dengan peralatan elektroniknya di lepas pantai Carolina Selatan pada 4 Februari. Militer AS mengerahkan satu unit jet tempur untuk menembak jatuh balon mata-mata China tersebut.
Sejumlah anggota parlemen, baik dari kubu pemerintah maupun oposisi, menyayangkan sikap Biden yang dianggap terlalu lambat memberikan respons.
Balon tersebut sebenarnya telah terlacak berada di atas Alaska pada 28 Januari dan baru dijatuhkan sekitar satu pekan setelahnya.
Baca Juga: AS Beberkan Informasi tentang Insiden Balon Mata-Mata China ke 40 Negara
Kementerian Luar Negeri China mengatakan itu adalah balon pengamat cuaca dan menuduh AS bereaksi berlebihan dengan menembak jatuh dengan jet tempur.
Pada hari Selasa (7/2), AS mengadakan pengarahan kepada hampir 150 diplomat asing dari 40 negara. AS juga mengadakan pengarahan yang sama di Beijing untuk mempresentasikan temuan AS tentang balon tersebut.
AS yakin bahwa balon tersebut bukan pengamat cuaca seperti klaim China dan dikendalikan oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China.
Selama pengarahan awal pekan ini, dijelaskan bahwa keberadaan panel surya pada balon menunjukkan bahwa balon tersebut membutuhkan lebih banyak tenaga dibanding balon cuaca pada umumnya.
Jalur penerbangannya pun dianggap tidak sesuai dengan pola angin alami dan dikendalikan oleh kemudi serta baling-baling.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News