kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor was-was akan kondisi pasar saham AS usai pergerakan liar saham GameStop


Minggu, 31 Januari 2021 / 22:45 WIB
Investor was-was akan kondisi pasar saham AS usai pergerakan liar saham GameStop

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pergerakan saham GameStop yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) telah menjadi buah bibir dan menarik perhatian dunia. Lantaran harga saham rantai video game itu naik 400% selama sepekan yang ditopang oleh investor ritel.

Mengutip Reuters pada Minggu (31/1), investor ritel mampu mengalahkan bandar besar atau pialang saham WallStreet yang biasanya mengendalikan pergerakan saham AS. Hal ini telah membuat beberapa investor semakin khawatir akan pergerakan liat saham GameStop yang menyebabkan pasar saham semakin volatilitas.

Belum lagi pergerakan saham American Airlines dan sektor lainnya ikut reli akibat kebijakan Federal Reserve baru baru ini. Bank sentral telah mengantisipasi pengeluaran bantuan Covid-19 dan harapan bahwa vaksin akan membantu ekonomi AS kembali bangkit pada akhir tahun ini.

Baca Juga: Selidiki asal usul virus corona, tim WHO akan kunjungi pasar Huanan di Wuhan

Ketua Fed Jerome Powell awal pekan ini telah menolak saran untuk menerapkan suku bunga super rendah. Juga tak mau melakukan pembelian obligasi besar-besaran yang akan menciptakan aset yang volatil.

Namun komentar tersebut gagal meredakan kekhawatiran beberapa investor bahwa kebijakan moneter Fed telah mendorong pengambilan risiko yang berlebihan di pasar yang lebih luas. Tecermin dari S&P 500 naik 66% sejak Maret dan saham mendekati penilaian tertinggi mereka dalam dua dekade.

“Tindakan di GameStop dan saham lainnya pasti membuat kami khawatir. Setidaknya, Anda harus mempertimbangkan bahwa ada peluang koreksi pasar,” kata James Ragan, direktur riset manajemen kekayaan di D.A. Davidson.

Langkah tersebut juga menarik beberapa perbandingan dengan fenomena saham internet yang terjadi pada dua dekade sebelumnya. “Hanya fakta bahwa Anda memiliki sekelompok investor yang benar-benar mengejar keuntungan abnormal, itulah yang mengingatkan pada bubble dot-com,” kata Ragan.

Baca Juga: Aktivitas pabrik China melambat di bulan Januari akibat kasus corona dan mudik Imlek

Beberapa barometer kegembiraan berlebihan secara umum sudah berkedip. Citi mengatakan model eforia ini telah bangkir. Begitupun dengan hasil survei manajer dana terbaru dari BofA Global Research mencatat bahwa alokasi ke kas turun dengan cepat. Hal ini menunjukkan bahwa investor memasukkan lebih banyak dana ke aset yang lebih berisiko.

Perdagangan yang hiruk pikuk mendominasi berita di Wall Street minggu ini, bahkan saat Apple Inc, Microsoft Corp dan perusahaan kelas kakap lainnya melaporkan hasil kuartalan. S&P 500 justru turun 3,3% untuk minggu ini.

Adapun volume perdagangan melonjak di atas 24 miliar saham dalam satu pekan pada hari Rabu. Jauh di atas rata-rata 14,4 miliar saham dalam 20 sesi terakhir. Indeks volatilitas CBOE ditutup di atas 30 poin minggu ini untuk pertama kalinya sejak awal November.



TERBARU

×