kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Investor Thailand makin agresif di Indonesia, ini alasannya


Kamis, 05 Agustus 2021 / 06:15 WIB
Investor Thailand makin agresif di Indonesia, ini alasannya

Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan asal Thailand di Indonesia menyumbang realisasi investasi sebesar lebih dari Rp22 triliun dalam lima tahun terakhir.

Gerak agresif dalam ekspansi bisnis mereka dalam beberapa contoh dapat dilihat dalam kerjasama ThaiOil dengan Chandra Asri dalam membangun petrokimia, SCG yang membawahi Mitra10, PTT Thailand yang bekerjasama dengan blok migas hingga Siam Cement Group yang juga sudah cukup lama masuk pasar Indonesia dengan masuk konsentrasi di pasar petrokimia dan mengakuisisi sebagian saham Chandra Asri.

Begitu pula dengan ekspansi PT Charoen Phokphand Indonesia Tbk (CPIN) di pasar unggas Indonesia baik berupa bibit maupun feedmill.

Baca Juga: Dukung kelestarian lingkungan, dr soap adakan program daur ulang sampah plastik

Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto menuturkan alasan perusahaan asal Thailand ini bergerak agresif di Indonesia, didasari oleh adanya kesadaran pasar Indonesia yang memiliki 260 juta penduduk dan purchasing power cukup baik adalah market yang potensial.

"Perusahaan asal Thailand seperti SCG, Charoen dan PTT sadar tidak mungkin mengembangkan bisnis hanya di pasar domestik mereka saja, karenanya mereka go expansion. Sebenarnya tidak hanya Thailand, hal ini juga disadari oleh pelaku bisnis di ASEAN," jelasnya kepada Kontan, Kamis (4/8).

Lebih lanjut, jika dibandingkan dengan strategi BUMN dalam negeri yang dinilai kurang agresif berekspansi, Toto berpendapat bahwasanya BUMN Indonesia rata-rata berpandangan bahwa pasar domestik masih relatif besar.

Akibatnya, mereka jarang bertindak out of the box dengan langkah ekspansi. Toto mencatat, BUMN yang melalukan langkah ekspansi dengan akuisisi masih terbatas. Misalnya saja, Semen Indonesia yang mengakuisisi Thamlong Cement di Vietnam sekitar 10 tahun lalu.

"Namun mulai ada fenomena menarik di mana sinergi beberapa BUMN kini mulai merambah pasar mancanegara. Misalnya konsorsium PT Industri Kereta Api Persero INKA- PT Wijaya Karya WIKA- PT Timah Tbk masuk ke pasar di Afrika. Jadi mereka menjalankan model bisnis partnership dengan mitra di satu negara Afrika," jelasnya.

Baca Juga: Jika PPKM terus diperpanjang, ekonomi kuartal III-2021 hanya akan tumbuh 3%-4%

Dalam partnership tersebut, INKA duduk sebagai lead concortium yang menawarkan pembangunan jalur kereta dari mulut tambang sampai dengan pelabuhan. Lalu WIKA menjalankan pekerjaan konstruksi, sedangkan PT Timah mengelola tambang sampai dengan rencana ekspor.

Jadi pemerintah di Afrika tersebut membayar biaya investasi jalur kereta dengan penjualan hasil tambangnya. Menurut Toto, ini menjadi suatu terobosan model bisnis bagi BUMN Indonesia.

"Ke depan, dukungan lembaga pembiayaan ekspor juga sangat penting untuk mendukung bisnis seperti yang dikerjakan oleh konsortium INKA ini," tutup dia.

Selanjutnya: BPKM sebut tren realisasi investasi perusahaan asal Thailand di Indonesia fluktuatif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×