kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor asing makin irit tanamkan modalnya di Indonesia, BKPM buka suara


Senin, 25 Januari 2021 / 19:30 WIB
Investor asing makin irit tanamkan modalnya di Indonesia, BKPM buka suara

Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia terpantau menurun secara nilai. Kondisi ini sejalan dengan pelemahan ekonomi global yang terdampak pandemi virus corona.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi investasi dari penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) sepanjang 2020 sebesar Rp 412,8 triliun. Pencapaian ini minus 2,4% dari realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp 423,1 triliun.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan penurunan investasi asing di Indonesia sejalan dengan outlook beberapa lembaga internasional yang memprediksi FDI secara global tahun ini turun 30%-40% akibat pandemi. Namun, Bahlil mengklaim realisasi PMA Indonesia berada di luar prediksi tersebut, sehingga masih mengindikasikan adanya minat investor asing.

Baca Juga: Moncer, realisasi investasi tembus Rp 826,3 triliun sepanjang 2020

“Indonesia itu tidak lebih dari 10%. Artinya kepercayaan (investor asing) itu ada. Padahal saat pandemi Maret beberapa kelompok asosiasi mengatakan BKPM realisasi investasi tidak mungkin lebih dari Rp 700 triliun,” kata Bahlil dalam  Konferensi Realisasi Investasi Kuartal IV0-2020, Senin (25/1).

Berdasarkan negara asal PMA, pada Januari-Desember 2020 secara berurutan terbanyak berasal dari Singapura US$ 9,8 miliar, China US$ 4,8 miliar, Hongkong US$ 3,5 miliar, Jepang US$ 2,6 miliar, dan Korea Selatan US$ 1,8 miliar. 

Adapun nilai investasi asing itu tersebar dalam 16.786 proyek. Secara nilai investasi, proyek yang paling banyak menyumbang PMA yakni industri dasar, barang logam, dan bukan mesin, dan peralatannya, US$ 1,48 miliar. 

Baca Juga: Perkembangan ekonomi digital membutuhkan kepastian hukum dan iklim investasi

Kemudian, listrik, air, dan gas US$ 1,36 miliar. Lalu, gudang dan telekomunikasi US$ 1,13 miliar. Sisanya, berasal dari industri kertas percetakan, kendaraan bermotor, dan pertambangan yang berkontribusi di bawah US$ 600 juta. 

Selanjutnya: Sri Mulyani sebut wakaf berpotensi mengatasi kemiskinan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×