Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intiland Development Tbk optimistis mengejar target pra penjualan alias marketing sales di segmen kawasan industri pada tahun ini.
Tahun ini, perusahaan properti yang tercatat dengan kode saham DILD di Bursa Efek Indonesia itu mengincar target marketing sales Rp 256 miliar atau setara kurang lebih dari target marketing sales konsolidasi tahun ini.
Sekretaris Perusahaan DILD, Theresia Rustandi mengatakan, DILD optimistis bahwa kebutuhan terhadap ketersediaan lahan industri yang berkualitas dengan lokasi strategis pada tahun 2022 semakin meningkat jika dibanding tahun 2021 seiring kondisi pandemi Covid-19 yang mulai mereda.
Dalam kondisi yang demikian, pihaknya mencermati bahwa perusahaan-perusahaan sudah mulai kembali beroperasi dengan normal, bahkan terdapat pula banyak perusahaan yang sudah melakukan ekspansi melalui penambahan dan perluasan pabrik baru.
Baca Juga: Intiland Development (DILD) Anggarkan Capex Rp 1 Triliun untuk Tahun Ini
“Kami mendapatkan cukup banyak permintaan lahan industri baik di Batang Industrial Park (BIP) di Batang, Jawa Tengah dan di Ngoro Industrial Park (NIP) di Mojokerto, Jawa Timur,” tutur Theresia kepada Kontan.co.id (22/5).
Pada sepanjang tiga bulan pertama tahun 2022 ini, DILD sudah membukukan marketing sales Rp 190 miliar dari segmen lahan industri. Jumlah tersebut setara kurang lebih 74% dari target marketing sales DILD pada segmen kawasan industri di tahun ini.
Realisasi marketing sales di kuartal pertama 2022 berasal dari penjualan lahan industri di Batang Industrial Park yang berlokasi di Batang Jawa Tengah, Ngoro industrial Park di Mojokerto, Jawa Timur, dan produk pergudangan di proyek Aeropolis, Tangerang. “Penjualan berasal dari sejumlah sektor, namun sebagian besar berasal dari sektor manufaktur dan makanan,” tutur Theresia.
Theresia berujar, DILD akan lebih fokus pada aspek pemasaran pada NIP. Hal ini lantaran pengembangannya NIP sudah ‘matang’. Sementara itu, untuk BIP, DILD bakal berfokus baik pada pengembangan infrastruktur dan pemasaran. Hal ini lantaran BIP masih tergolong sebagai kawasan industri baru.
“Kami terus menjajaki peluang-peluang untuk pengembangan kawasan industri di sejumlah wilayah potensial di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Kami melihat kawasan industri memiliki prospek pengembangan yang sangat baik dan mampu memberikan kontribusi pendapatan secara jangka panjang bagi perseroan,” imbuh Theresia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News