Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten properti, PT Intiland Development Tbk (DILD) mengungkapkan akan terus mencermati dan menganalisa tren harga pasar dan tingkat kebutuhan lahan industri setiap tahunnya.
Direktur DILD, Archied Noto Pradono membeberkan saat ini membanderol harga lahan industri di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah sekitar Rp1,35 juta per meter persegi hingga Rp1,5 juta per meter persegi. "Harga market untuk lahan industri masih stagnan," tambahnya singkat kepada Kontan, Kamis (20/1).
Batang Industrial Park sendiri merupakan pengembangan kawasan industri yang baru dikembangkan tahun lalu oleh DILD. Untuk tahun ini pihaknya masih melihat situasi dan kondisi pasar, termasuk melakukan analisa kebutuhan investor dan tingkat kebutuhan pasar.
Untuk target tahun ini, DILD masih melihat pencapaian hingga akhir tahun lalu. Sampai triwulan III tahun 2021, segmen Kawasan Industri memberikan kontribusi penjualan atau marketing sales sebesar Rp241 miliar, atau 22% dari keseluruhan. Kalau dari pendapatan, hingga 30 September 2021 segmen ini memberikan kontribusi sebesar Rp339 miliar atau 18.6% dari keseluruhan.
Baca Juga: Intiland Development Targetkan Penjualan Lahan Industri Rp 200 Miliar di Tahun 2022
Mengenai kenaikan harga yang akan terjadi tahun ini, DILD sendiri tidak memiliki rencana menaikkannya sebab sebagaimana yang telah disebutkan, harga lahan industri dinilai stagnan saat ini.
Archied menjelaskan, pihaknya sempat menaikkan harga pada momen perdana menjual lahan industri tahun lalu sekitar 10% hingga 15%. "Harga jual lahan kawasan industri tahun lalu masih relatif masih cukup stabil dan cenderung stagnan," sambungnya.
Ia menyebutkan saat ini investasi asing belum banyak masuk ke kawasan industri Batang sehingga menjadi sebuah tantangan tersendiri. Ditambah lagi, pihaknya sebagai swasta harus bersaing dengan pemerintah yang menawarkan sewa jangka panjang dan pembayaran yang bisa ditunda hingga 5 tahun ke depan.
Sementara itu, Corporate Secretary DILD, Theresia Rustandy mengungkapkan saat ini juga kinerja penjualan lahan industri banyak dipengaruhi oleh iklim investasi dan tren pertumbuhan perekonomian.
"Kami percaya bahwa ke depan kebutuhan lahan industri akan semakin meningkat. Saat ini tantangan terbesar lebih pada ketersediaan lahan industri dan kemudahan dalam perizinan. Dukungan pemerintah daerah sangat diharapkan untuk meningkatkan investasi dan pengembangan kawasan industri ke depan," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News