kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

INTA Berupaya Diversifikasi ke Berbagai Sektor untuk Memperkuat Bisnis Alat Berat


Rabu, 29 Desember 2021 / 08:35 WIB
INTA Berupaya Diversifikasi ke Berbagai Sektor untuk Memperkuat Bisnis Alat Berat

Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk (INTA) berupaya meningkatkan kinerja bisnisnya di tahun 2022 mendatang. Perusahaan ini pun masih mengandalkan segmen alat berat sebagai lini bisnis utamanya.

Eddy Rodianto, Direktur INTA mengatakan, bisnis alat berat masih sangat menjanjikan. Saat ini, INTA masih terus mencari kontrak penjualan baru dengan pelanggan potensialnya. Sebagai contoh, hingga November 2021, penjualan alat berat INTA untuk merek LiuGong asal China sudah mencapai 100 unit dari target di tahun ini sebanyak 120 unit.

Manajemen INTA yakin segmen bisnis alat berat akan terus tumbuh di tahun depan. Terlebih lagi, tren kenaikan harga sejumlah komoditas seperti batubara dan nikel masih terus berlangsung. Alhasil, permintaan alat berat dari sektor tersebut terus mengalami peningkatan.

Walau begitu, INTA tak melulu bergantung pada penjualan alat berat di sektor tambang. Upaya diversifikasi tetap dilakukan oleh perusahaan tersebut. Penjualan alat berat di sektor lainnya pun terus digeber, misalnya untuk sektor infrastruktur, pertanian, kehutanan, perkebunan, migas, dan sebagainya.

Baca Juga: INTA Masih Mencari Investor Strategis Bagi Anak Usaha di Bidang Pembiayaan Alat Berat

“Kami yakin diversifikasi ini dapat membuat kami bertahan melalui banyak hal yang terjadi pada market di Indonesia,” imbuh Eddy dalam paparan publik virtual, Selasa (28/12).

Sebagai informasi, INTA mendistribusikan alat berat dari berbagai merek. Di antaranya Bobcat, Doosan, Techking, Sinotruk, Berco, Tata Motors, Blumaq, dan LiuGong.

Terkait target kinerja, pihak INTA masih melakukan finalisasi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) di tahun 2022 mendatang. Terlepas dari itu, Manajemen INTA mengincar pertumbuhan pendapatan usaha yang lebih baik di tahun depan. Perusahaan ini juga bertekad untuk terus memangkas rugi bersihnya di masa mendatang.

Eddy juga mengomentari terkait prospek segmen bisnis pembangkit listrik INTA. Perusahaan ini akan fokus pada upaya konsolidasi di segmen bisnis tersebut. Pasalnya, INTA baru saja mengoperasikan PLTU Bengkulu yang berkapasitas 2x100 MW pada Juli 2020 lalu. Sampai saat ini, PLTU tersebut beroperasi normal dan dapat memenuhi kontrak PLN dengan baik.

 

“PLTU Bengkulu memberikan recurring income terhadap INTA selama periode kontrak yaitu 25 tahun,” ungkap dia.

Sebelumnya, pada 2017 lalu, INTA juga mengakuisisi 30% saham di PT Petra Unggul Sejahtera untuk kepemilikan PLTU Tanjung Kasam yang berada di Batam, Kepulauan Riau. PLTU ini berkapasitas 2x55 MW. INTA juga memiliki minat untuk masuk ke bisnis pembangkit listrik energi terbarukan. Namun, hal itu baru akan dilakukan jika benar-benar terdapat kesempatan dan waktunya tepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×