Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - TANGERANG SELATAN. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mengakui saat ini sedang mengembangkan produk sekunder (secondary product) dari hasil panas bumi untuk membuat proyek pembangkitnya lebih ekonomis.
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy (PGEO), Julfi Hadi menjelaskan, selain mendorong pembangkit panas bumi, produk sekunder juga penting dikembangkan karena selama bottleneck dalam proyek geotermal ialah komersial.
“Kami akan buat hidrogen hijau untuk mendukung proyek-proyek pembangkit supaya lebih ekonomis,” jelasnya dalam acara diskusi media di Hotel Santika, Tangerang Selatan, Kamis (13/7).
Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) Optimistis Dapat Optimalkan Potensi Panas Bumi
Adapun pada Kamis (13/7), PGEO dan Chevron New Energies International (Chevron) menandatangani Joint Study Agreement (JSA) untuk menyelidik potensi tambahan sumber daya panas bumi di beberapa daerah di Sumatera Selatan.
Di dalam keterangan resmi, Julfi Hadi menyatakan, dengan sumber daya terbarukan yang melimpah dan lokasi geografis yang menguntungkan, Indonesia memiliki semua unsur yang diperlukan untuk menjadi sumber utama hidrogen hijau dan amonia hijau.
Sebagai informasi, JSA ini merupakan kesepakatan keempat yang dihasilkan dari kerja sama awal antara Chevron dan Pertamina yang diumumkan di Washington, D.C., pada Mei 2022 untuk menjajaki potensi peluang bisnis rendah karbon di Indonesia.
Yang pertama, telah diumumkan di acara B20 di Bali pada November 2022 antara Chevron New Energies, Pertamina Power Indonesia dan Keppel Infrastructure, dengan tujuan untuk menjajaki pengembangan proyek-proyek hidrogen hijau dan amonia hijau tertentu dengan menggunakan energi terbarukan di Sumatera Selatan, Indonesia.
JSA kedua ditandatangani di Houston, Texas pada tanggal 6 Maret 2023, untuk mengkaji kelayakan carbon capture storage and carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS) di Kalimantan Timur, Indonesia.
Ketiga, PGE dan salah satu afiliasi Chevron di Indonesia, membentuk konsorsium untuk berpartisipasi dan kemudian memenangkan tender wilayah kerja panas bumi Way Ratai di Lampung, Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News