Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) berpeluang untuk menggarap proyek pipa transmisi gas Cirebon – Semarang menggantikan PT Rekayasa Industri. Hal ini setelah BPH Migas menyepakati opsi pemberian peluang kepada pemenang lelang kedua atau ketiga terlebih dahulu sesuai peraturan yang berlaku saat ini.
Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengaku kurang yakin apabila BNBR menjadi badan usaha yang mengerjakan proyek pipa transmisi Cisem. Pasalnya, proyek seperti itu membutuhkan nilai investasi yang besar dengan imbal hasil yang baru bisa diperoleh dalam jangka panjang.
Belum lagi, ketidakpastian di proyek pipa transmisi gas bumi tergolong tinggi. Hal ini seiring adanya risiko perubahan kebijakan seperti harga gas industri atau penetapan toll fee. “Intervensi dari pemerintah sewaktu-waktu bisa merugikan perusahaan pengelola pipa transmisi gas. Ini sudah dialami oleh operator sebesar PGN,” ungkap dia, Minggu (20/12).
BNBR sebenarnya juga bertindak sebagai operator proyek jaringan pipa transmisi gas Kalimantan – Jawa (Kalija) Tahap II. Proyek terbentang dari Bontang hingga Banjarmasin dengan ruas pipa sepanjang 552 kilometer. Hanya saja, proyek yang menjadi bagian dari jalur pipa trans Kalimantan tersebut dinilai Fahmy masih tersendat lantaran belum benar-benar berjalan hingga saat ini.
Dalam berita sebelumnya, BNBR disebut baru merampungkan studi kelayakan untuk jalur pipa proyek Kalija tahap II, termasuk beberapa jalur tambahan ke ibu kota baru, beberapa kawasan industri, dan pabrik-pabrik baru sepanjang rute jalur pipa. BNBR juga tengah menyelesaikan nota kesepahaman dengan shipper dan offtaker terkait proyek tersebut.
Baca Juga: BPH Migas buka peluang Bakrie & Brothers (BNBR) garap transmisi gas Cirebon-Semarang
BPH Migas juga pernah menyebut, proyek pipa transmisi gas bumi Trans Kalimantan masih di tahap harmonisasi antar lembaga pemerintah. Harmonisasi ini untuk mengidentifikasi besaran pasokan gas dan permintaan setelah proyek tersebut selesai. “Dengan kondisi rekam jejak seperti itu, BNBR tampaknya tidak bisa menggantikan Rekind, apalagi sekarang sedang pandemi sehingga prospek pembangunan jaringan gas kurang menguntungkan,” imbuh dia.
Dia berpendapat, dibutuhkan perusahaan yang punya komitmen kuat untuk berinvestasi di sektor pipa gas supaya proyek-proyek jaringan pipa transmisi gas bumi bisa berjalan lancar.
Perusahaan yang terlibat dalam proyek tersebut seharusnya memang memiliki core business di bidang infrastruktur gas bumi dan punya akses pendanaan yang luas. Hal ini penting supaya perusahaan tidak kelimpungan apabila terjadi intervensi di sektor distribusi gas bumi oleh pemerintah.
Di sisi lain, pemerintah dinilai mesti menyadari bahwa jaringan transmisi gas merupakan bagian dari infrastruktur gas yang dapat menghubungkan sumber-sumber gas menuju konsumen yang membutuhkan, terutama pihak industri.
Maka dari itu, pemerintah diharapkan bisa mengurangi intervensi seperti kebijakan harga gas atau toll fee yang berubah-ubah sehingga merugikan badan usaha. Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan sejumlah insentif sekaligus mengalokasikan dana APBN yang lebih besar untuk mematangkan proyek-proyek pipa transmisi gas bumi agar dapat cepat selesai.
“Pemerintah sudah mengalokasikan dana APBN untuk proyek jaringan gas rumah tangga yang biasa dilakukan oleh PGN. Sudah seharusnya hal serupa dilakukan untuk proyek transmisi pipa gas,” tandas Fahmy.
Selanjutnya: Bakrie & Brothers (BNBR) berharap rugi bersih menyusut di kuartal IV 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News