Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar rencana merger antara dua decacorn, yaitu Gojek dan Grab, kembali merebak. Keduanya dikabarkan hampir mencapai kesepakatan untuk saling menggabungkan bisnis dan tinggal menyelesaikan pembahasan detail yang turut melibatkan investor kedua perusahaan ini.
Ketika dikonfirmasi, Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita menyebut, pihaknya tidak dapat menanggapi isu merger antara Gojek dan Grab seperti yang beredar di pasar saat ini.
Ia hanya menyampaikan, fundamental bisnis Gojek tergolong semakin kuat kendati dalam masa pandemi Covid-19. Beberapa layanan Gojek pun telah mencatatkan kontribusi marjin positif.
Baca Juga: Ini kata GoPay perihal rencana penerapan sistem MLFF
“Kami terus memprioritaskan pertumbuhan yang berkelanjutan untuk memberikan layanan terbaik kepada pengguna dan mitra kami diseluruh tempat Gojek beroperasi,” ujar Nila, Kamis (3/12).
Setali tiga uang, manajemen Grab juga enggan menanggapi wacana merger yang melibatkan perusahaan yang berkantor pusat di Singapura tersebut. “Kami tidak berkomentar mengenai spekulasi yang beredar di pasar,” ungkap Juru Bicara Grab Indonesia, hari ini.
Mengutip pemberitaan Bloomberg, Rabu (2/12), Grab Holdings Inc. dan Gojek dikabarkan telah membuat kemajuan substansial dalam mencapai kesepakatan untuk menggabungkan bisnis antar keduanya.
Sumber Bloomberg yang tidak bisa disebutkan namanya menyebut, Grab dan Gojek telah mempersempit perbedaan pendapatnya meski negosiasi yang menjadi bagian dari perjanjian masih perlu dilakukan. Detail akhir merger pun sedang dibahas di antara para pemimpin senior di tiap perusahaan dengan partisipasi Masayoshi Son dari Softbank Group Corp selaku investor utama Grab.
Menurut sumber tersebut, Grab dan Gojek menyepakati beberapa poin, salah satunya terkait struktur perusahaan gabungan. Dalam hal ini, salah satu pendiri Grab yakni Anthony Tan akan menjadi CEO dari entitas gabungan. Adapun eksekutif Gojek akan menjalankan bisnis gabungan baru di Indonesia dengan merek Gojek.
Namun, kedua merek tersebut dapat dijalankan secara terpisah untuk jangka waktu yang lama. “Kombinasi tersebut pada akhirnya bertujuan untuk menjadi perusahaan publik,” ungkap sumber, seperti dikutip Bloomberg.
Baca Juga: Gopay mendapatkan ISO 27001
Kesepakatan merger antar kedua perusahaan tersebut membutuhkan persetujuan regulasi dari pemerintah.
Grab dan Gojek telah terlibat dalam pertempuran sengit dan mahal untuk mendapatkan dominasi bisnis dalam beberapa tahun terakhir. Pihak investor pun telah mendorong mereka untuk menggabungkan kekuatan di seluruh Asia Tenggara untuk mengurangi pengeluaran biaya dan menciptakan salah satu perusahaan berbasis internet yang paling kuat di kawasan tersebut.
Bloomberg mencatat, Grab yang hadir di delapan negara memiliki nilai valuasi lebih dari US$ 14 miliar sedangkan Gojek yang hadir di Indonesia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam memiliki nilai valuasi sekitar US$ 10 miliar.
Selanjutnya: Dari Januari -Oktober 2020, transaksi produk investasi di Gopay naik tiga kali lipat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News