kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini sejarah Lembah Panjshir di Afganistan yang tak bisa ditaklukan militan Taliban


Selasa, 24 Agustus 2021 / 05:05 WIB
Ini sejarah Lembah Panjshir di Afganistan yang tak bisa ditaklukan militan Taliban

Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - Taliban boleh saja menguasai sebagian besar provinsi di Afganistan, tapi  wilayah Lembah Panjshir memiliki cerita berbeda. Hingga saat ini, Lembah Panjshir merupakan provinsi terakhir di Afghanistan yang menjadi markas pasukan anti-Taliban. Pasukan yang tersisa ini tampaknya bekerja membentuk gerakan gerilya untuk menghadapi kelompok fundamentalis Islam tersebut.

Pasca perebutan kekuasaan cepat oleh Taliban di Afghanistan, Lembah Panjshir di utara adalah tempat terakhir yang mungkin menawarkan perlawanan nyata terhadap kelompok ekstremis Islam.

Lembah Panjshir, yang terletak 150 kilometer atau 93 mil bagian timur laut  dari ibu kota Afganistan yakni Kabul. Lembah Panjshir sekarang menampung beberapa anggota senior pemerintah yang digulingkan, seperti Wakil Presiden yang digulingkan Amrullah Saleh dan mantan Menteri Pertahanan Bismillah Mohammadi.

Saleh telah menyatakan dirinya sebagai presiden sementara setelah Presiden terguling Ashraf Ghani meninggalkan negara itu.

Baca Juga: Taliban kirim ratusan pejuang untuk rebut Lembah Panjshir

“Saya tidak akan pernah, selamanya dan dalam keadaan apa pun, tunduk pada teroris Taliban. Saya tidak akan pernah mengkhianati jiwa dan warisan pahlawan saya Ahmad Shah Masoud, komandan, legenda, dan pemandu," tulis Saleh di Twitter seperti dilansir The Indian Express, Senin (23/8).

Memiliki sejarah yang menentukan 

Lembah Panjshir telah berulang kali memainkan peran yang menentukan dalam sejarah militer Afghanistan, karena posisi geografisnya hampir sepenuhnya menutupnya dari bagian lain negara itu.

Satu-satunya jalur akses ke wilayah tersebut adalah melalui lorong sempit yang dibuat oleh Sungai Panjshir, yang dapat dengan mudah dipertahankan secara militer.

Terkenal karena pertahanan alaminya, wilayah yang terselip di pegunungan Hindu Kush tidak pernah jatuh ke tangan Taliban selama perang saudara tahun 1990-an, juga tidak ditaklukkan oleh Soviet satu dekade sebelumnya.

Baca Juga: Tentara AS dan Jerman terlibat baku tembak di Kabul dengan kelompok tak dikenal

Sebagian besar lembah yang berpenduduk hingga 150.000 jiwa itu milik kelompok etnis Tajik, sementara mayoritas Taliban adalah Pashtun. Lembah ini juga dikenal dengan zamrudnya, yang digunakan di masa lalu untuk membiayai gerakan perlawanan terhadap mereka yang berkuasa.

Sebelum Taliban merebut kekuasaan, provinsi Panjshir telah berulang kali menuntut lebih banyak otonomi dari pemerintah pusat.

Sejarah panjang perlawanan

Lembah Panjshir adalah salah satu wilayah teraman di negara itu selama masa pemerintahan yang didukung NATO dari 2001 hingga 2021.

Sejarah kemerdekaan lembah ini terkait erat dengan Ahmad Shah Massoud, pejuang anti-Taliban paling terkenal di Afghanistan, yang memimpin perlawanan terkuat melawan kelompok fundamentalis Islam dari kubunya di lembah sampai pembunuhannya pada tahun 2001.

Lahir di lembah pada tahun 1953, Ahmad Shah memberi dirinya nom de guerre "Massoud" (yang beruntung, atau "penerima manfaat") pada tahun 1979. Dia melanjutkan untuk melawan pemerintah komunis di Kabul dan Uni Soviet di waktu, akhirnya menjadi salah satu komandan mujahidin paling berpengaruh di negara itu.

Baca Juga: Taiwan bilang China ingin meniru Taliban, apa maksudnya?



TERBARU

×