kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini penyebab proyek IDD terancam molor dari jadwal awal


Rabu, 03 Februari 2021 / 06:30 WIB
Ini penyebab proyek IDD terancam molor dari jadwal awal

Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) Tahap II diperkirakan molor dari target onstream pada tahun 2025. Hal tersebut karena, diskusi antara PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dengan ENI untuk alih kelola masih berlangsung. 

"Menurut saya mundur (dari target), tetapi sekali lagi tergantung skenario pengembangannya," kata Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Julius Wiratno kepada Kontan.co.id, Selasa (2/2).

Sebelumnya, pemerintah menargetkan proyek ini bisa tetap berjalan sesuai rencana yang ditetapkan kendati diskusi kedua belah pihak belum menemui kata sepakat.

Namun, Julius memastikan diskusi alih kelola antara Chevron dan ENI untuk Blok IDD tahap II diharapkan bisa rampung pada akhir Maret mendatang.

Adapun, rencana integrasi fasilitas yang dilakukan ENI nantinya diharapkan bisa menekan investasi proyek serta mengakselerasi pelaksanaan proyek IDD.

Baca Juga: SKK Migas berupaya menahan laju penurunan produksi tahun ini

Asal tahu saja, Chevron menjadi operator pada Proyek IDD yang terdiri dari Lapangan Bangka, Gendalo Hub dan Gehem Hub. Dari ketiganya, baru Lapangan Bangka yang memulai produksi pada 2016 silam dengan kapasitas produksi sebesar 110 MMSCFD.

Nantinya, jika mengelola Proyek IDD maka ENI berpotensi mengintegrasikan fasilitas Gendalo Hub dan Gehem Hub dengan fasilitas Lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau yang mereka kelola.

Adapun, konsorsium proyek IDD terdiri dari kepemilikan saham Chevron sebesar 62%, sisanya dipegang oleh ENI sebesar 20% dan Sinopec 18%.

Sebelumnya,  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan, kepastian untuk mitra pengganti Blok IDD bisa diperoleh pada tahun ini.

Menteri ESDM Arifin Tasrif bilang, saat ini Chevron tengah melakukan negosiasi dengan perusahaan migas asal Italia, ENI.

"ENI menunjukkan minat yang serius dan proyek ini bisa mendukung LNG di Bontang. Diharapkan negosiasi bisa selesai kuartal I 2021," pungkas Arifin.

Selanjutnya: Pertamina jaga kinerja operasi arus minyak kilang sepanjang tahun 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×