kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini Kata Kementerian ESDM Terkait Rencana Realokasi Subsidi LPG ke Kompor Listrik


Selasa, 21 Juni 2022 / 06:45 WIB
Ini Kata Kementerian ESDM Terkait Rencana Realokasi Subsidi LPG ke Kompor Listrik

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dikabarkan berencana melakukan realokasi subsidi LPG untuk percepatan penggunaan kompor induksi.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) mengungkapkan, saat ini pihaknya sedang berkoordinasi dengan pihak terkait agar pelaksanaannya tidak tumpuk-tumpuk.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji memaparkan, pada prinsipnya realokasi subsidi LPG untuk kompor industri untuk mengurangi importasi LPG.

Tutuka mengungkapkan pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait supaya  pelaksanaannya tidak bertumpuk-tumpuk.

“Jadi yang diganti oleh listrik jangan diganti juga oleh gas. Kami sudah koordinasikan dengan mereka. Jadi jangan tumpuk-tumpuk diganti dengan listrik diganti lagi dengan gas, ngga. Jadi jalan masing-masing kan ada sumber gas, ya kami pakai gas,” jelasnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (20/6).

Baca Juga: Investor Luar Kian Melirik Indonesia Karena Potensi Gas Bumi yang Besar

Sedangkan jika tidak ada sumber gas di kota-kota yang tidak ada sumber gasnya, tentu bisa gunakan listrik sebagai alternatifnya.

Sebelumnya, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengungkapkan  saat RDP bersama Komisi VI DPR RI, pihaknya dengan pemerintah sedang menggodok program realokasi subsidi untuk LPG untuk percepatan penggunaan kompor induksi.

Upaya ini dilakukan untuk mempercepat penggunaan kompor induksi baik untuk pembelian kompor listriknya dan juga utensilnya bantuan pemerintah.

Sehingga direncanakan akan ada pergeseran tadinya penggunaan LPG impor yang harga keekonomian nya saat ini senilai Rp 18.000 per kilogramnya bisa digunakan untuk menggunakan listrik yang ekuivalen Rp 10.350 per kilogram.

“Ini menjadi salah satu solusi yang utamanya bagaimana kami bisa menyelesaikan kondisi oversupply dengan target 15 juta penambahan rumah tangga menggunakan kompor induksi,” ujar Darmawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×