kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini faktor penyebab turunnya penyaluran kredit BRI pada awal tahun ini


Rabu, 26 Mei 2021 / 09:15 WIB
Ini faktor penyebab turunnya penyaluran kredit BRI pada awal tahun ini

Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatatkan kontraksi kredit pada kuartal I 2021. Bank pelat merah ini hanya membukukan kredit sebesar Rp 914,19 triliun, turun 1,77% dibandingkan Rp 930,7 triliun pada periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).

Penurunan kredit BRI ini tidak lepas dari merger bank syariah Himbara menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI) pada Februari 2021. Pada kuartal I tahun ini, perseroan sudah tidak mengkonsolidasikan pembiayaan BRI Syariah yang sudah menjadi bagian dari BSI. Adapun pada triwulan pertama 2020, pembiayaan BRI Syariah mencapai Rp 30,45 triliun.

Sunarso Direktur Utama BRI mengatakan, penopang utama pertumbuhan kredit BRI adalah kredit mikro yang mencapai Rp 360,03 triliun atau tumbuh 12,43% YoY dan kredit konsumer yang tumbuh 1,62 YoY menjadi Rp 145,06 triliun. 

Baca Juga: BRI: Pembentukan holding ultra mikro sudah disetujui komite privatisasi

Sementara kredit korporasi dan kredit ke BUMN mengalami penurunan 12,3% YoY Rp 178,2 triliun. Kredit segmen kecil juga turun 2,2%  ke Rp 193,3 triliun dan kredit segmen menengah  kontraksi 2,3% jadi Rp 19,9 triliun. 

"Secara umum, portofolio kredit UMKM BRI tercatat sebesar 80,6%. Ini naik signifikan dari kuartal I 2020 sebesar 78,3%. Kami akan terus meningkatkan porsi UMKM ke level 85%," kata Surnaso dalam konferensi pers hasil kinerja kuartal I 2021, Selasa (25/5).

Sunarso mengatakan, BRI masih merasakan tantangan di awal tahun dalam mendorong pemulihan ekonomi nasional. Walaupun aktivitas masyarakat terus berangsur membaik dan vaksinasi terus berjalan, namun ketidakpastian masih membayangi pertumbuhan ekonomi Indonesia lantaran pandemi belum berakhir dan kasus Covid-19 di berbagai negara kembali meningkat.

Per Maret 2021, BRI mencatatkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) 3,12% atau meningkat dari 2,94% pada akhir 2020. Untuk mengantisipasi risiko NPL ini, BRI telah melakukan pencadangan sebesar 250,6% atau senilai Rp 73 triliun. Sunarso memperkirakan, pencadangan sampai akhir tahun tidak akan setinggi tahun 2020 karena kondisi ekonomi diprediksi terus membaik. 

Baca Juga: Perkuat layanan digital, Bank Mandiri gandeng fintech Youtap

Meskipun anak usaha syariahnya sudah tidak dikonsolidasikan terhadap keuangannya, namun  aset BRI Syariah masih tetap tumbuh sebesar sebesar 3,83% yoy menjadi Rp 1.411,05 triliun di akhir Kuartal I 2021. Sementara itu, dari sisi liabilitas, BRI mampu menghimpun dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 1.049,32 triliun atau tumbuh 1,97% yoy. 

Tabungan tercatat tumbuh double digit sebesar 11,50% yoy menjadi Rp 443,87 triliun di akhir kuartal I 2021. Peningkatan ini mengerek peningkatan dana murah (CASA) BRI, dari sebelumnya sebesar 55,90% di akhir Maret 2020 menjadi 58,91% di akhir Maret 2021.

Selanjutnya: Laba bersih BRI turun 16,7% menjadi Rp 6,86 triliun di kuartal pertama 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×