Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve atau The Fed diproyeksi bakal mengerek suku bunga lebih cepat dan lebih tinggi dari perkiraan. Ini terjadi setelah data inflasi yang dirilis kemarin lebih tinggi dari proyeksi pasar.
Rabu (14/9), Departemen Tenaga Kerja AS merilis, harga konsumen naik 0,1% secara bulanan di bulan Agustus lalu. Padahal, para ekonom memperkirakan terjadi penurunan dan inflasi tahunan bertengger di level 8,3%.
Data juga menunjukkan percepatan inflasi dalam layanan dan kenaikan yang mengkhawatirkan dalam biaya sewa sehingga membuat pekerjaan The Fed untuk memerangi inflasi semakin sulit
Ron Temple, Direktur Pelaksana di Lazard Asset Management mengatakan, kunci utama untuk menjinakkan inflasi adalah menutup kenaikan biaya tempat tinggal.
Tetapi, karena kenaikan sewa cenderung dikunci untuk jangka waktu 12 bulan, ia melihat kenaikan suku bunga The Fed tidak dapat dengan cepat membawa perlindungan.
Baca Juga: Efek Inflasi AS, Harga Bitcoin dan Mata Uang Kripto Lain Makin Tersungkur
Ketua Fed Jerome Powell dan rekan-rekannya telah menaikkan biaya pinjaman lebih cepat di tahun ini daripada tahun-tahun sebelumnya untuk melawan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade.
Setelah laporan tersebut, pedagang berjangka mengesampingkan prediksi bahwa The Fed bakal memperlambat laju kenaikan suku bunga ketika pertemuan di minggu depan.
Sebaliknya, kini pelaku pasar bertaruh pada kenaikan suku bunga 75 basis poin ketiga secara berturut-turut yang akan mengangkat kisaran suku bunga kebijakan The Fed saat ini 2,25%-2,5% menjadi 3%-3,25%.
Selain itu The Fed akan mulai menetapkan suku bunga tertinggi di awal tahun depan sebesar 4,25%-4,5%.
"Pasar kurang menghargai betapa mengakarnya inflasi AS dan besarnya respons yang kemungkinan akan diperlukan dari The Fed untuk mengusirnya," tulis ekonom Nomura dalam sebuah catatan di mana mereka juga memperkirakan The Fed perlu menaikkan suku bunga kebijakannya menjadi 4,5. %-4,75% pada bulan Februari mendatang.
Baca Juga: Harga Minyak Melemah di Tengah Prospek Kenaikan Suku Bunga AS
Meskipun ada penurunan harga untuk beberapa item, seperti tiket pesawat, data CPI Agustus menghancurkan harapan pembuat kebijakan The Fed untuk awal kemunduran yang lebih luas.
Harga mobil baru dan perabot rumah tangga naik, seperti halnya harga makanan, sementara harga inti melonjak 0,6% pada Agustus dari Juli, dua kali lipat dari perkiraan analis yang disurvei oleh Reuters.
Itu menempatkan kenaikan tahunan dalam harga inti di level 6,3%, melonjak dari 5,9% pada bulan Juli.
“Ini lebih buruk dari yang diharapkan; itu tentu saja meningkatkan tekad The Fed untuk tetap hawkish," tulis Roberto Perli, seorang ekonom di Piper Sandler.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News