Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sejumlah komoditas yang terus melambung setelah invasi Rusia ke Ukraina membuka peluang bagi industri leasing. Terutama bagi perusahaan yang memiliki kredit di segmen alat berat.
Pengamat otomotif sekaligus praktisi industri multifinance, Jodjana Jody pun mengamini bahwa lonjakan harga komoditas baru-baru ini bisa meningkatkan permintaan terhadap alat berat. Hanya saja, ia melihat dampak tersebut tidak terlalu signifikan terutama untuk jangka panjang.
“Mungkin ini impact jangka pendek saja. Rasanya demand tidak melonjak secara keseluruhan,” ujar Jody.
Jody mengungkapkan, masih ada tantangan yang membayangi bagi para leasing yang menyalurkan kredit alat berat ini. Mengingat, pemain-pemain komoditas banyak yang terkena restrukturisasi, sehingga bila ingin kredit lagi membutuhkan kepercayaan yang tinggi atas kelangsungan bisnisnya.
Sebagai informasi, per Januari 2022, data OJK menunjukkan piutang pembiayaan alat berat telah mencapai Rp 29,29 triliun. Capaian tersebut tumbuh hingga 6,68% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Multifinance Tingkatkan Kredit Kendaraan Premium, Ini Alasannya
Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo pun bilang bahwa harga komoditas yang tinggi akibat konflik geopolitik ini menambah amunisi kredit alat berat di tahun ini yang memang sedang bagus-bagusnya sejak pertengahan tahun lalu.
Oleh karenanya, Clipan Finance pun berani menargetkan penyaluran kredit di tahun ini bisa menjadi dua kali lipat dibandingkan 2021. Adapun, sepanjang 2021, penyaluran kredit alat berat di Clipan baru mencapai Rp 70 miliar.
“Saat ini, kami lebih fokus ke nasabah-nasabah yang sudah dibiayai Clipan di sektor Pertambangan dan Perkebunan,” ujar Harjanto
Sementara itu, Deputi Direktur Mandiri Tunas Finance Albertus Hendi mengungkapkan bahwa dampak perang Rusia-Ukraina tidaklah berdampak langsung dengan meningkatnya permintaan kredit alat berat mengingat supply yang tidak terlalu banyak.
Ia menyebutkan bahwa saat ini untuk mengajukan kredit alat berat pun sama halnya dengan mobil yang harus inden. Ia bilang alat-alat berat yang dikirim pada tahun ini merupakan pesanan tahun lalu sehingga tidak semerta-merta bisa langsung meningkatkan produksi di kala harga sedang naik.
“Dampak yang bisa dirasakan mungkin dari pembayaran kontraktor yang mungkin lebih cepat dikarenakan harga komoditas yang sedang bagus,” ujar Hendi.
Baca Juga: Beberapa Multifinance Akan Terbitkan Obligasi Bulan Ini
Adapun, Hendi menyebutkan bahwa saat ini kontribusi alat berat dari total portofolio hanya mencapai sekitar 13% dengan rata-rata nilainya Rp 250 miliar per bulan. Ia pun bilang bahwa angka tersebut tetap dipertahankan di tahun ini sebagai bentuk diversifikasi dengan segmen lainnya.
Selain itu, Hendi juga bilang bahwa saat ini pihaknya sedang selektif untuk kredit alat berat di sektor batubara dikarenakan kredit MTF di sektor tersebut dinilai sudah terlalu besar. Oleh karenanya, sektor lainnya yang sedang digarap untuk alat berat ialah di nikel dan emas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News