kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri E-Commerce Tetap Potensial Meski Dihadang Efisiensi Karyawan


Senin, 14 November 2022 / 06:35 WIB
Industri E-Commerce Tetap Potensial Meski Dihadang Efisiensi Karyawan

Reporter: Dimas Andi, Nurtiandriyani Simamora | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri teknologi di Indonesia masih terganjal kekhawatiran di tengah ancaman perlambatan ekonomi secara global. Hal ini tercermin dari fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan yang terjadi di sektor tersebut.

Baru-baru ini, publik digemparkan oleh isu PHK massal oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Dikutip dari Bloomberg, emiten ride-hauling dan e-commerce ini berencana melakukan PHK lebih dari 1.000 karyawan sebagai upaya memangkas biaya dan menopang keuangannya. PHK karyawan tersebut setara dengan lebih dari 10% tenaga kerja, sehingga akan berdampak pada semua divisi.

Dalam catatan Kontan, sampai akhir Juni 2022, GOTO memiliki sekitar 9.630 karyawan tetap. Perusahaan ini juga mempekerjakan sekitar 455 karyawan tidak tetap per akhir 2021.

Chief Corporate Affairs GOTO Nila Marita bilang, pihaknya tidak dapat mengomentarai rumor dan spekulasi terkait PHK massal yang belakangan ini beredar. “Fokus GOTO adalah membangun bisnis yang berkelanjutan dan membawa dampak positif bagi Indonesia,” katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/11).

Baca Juga: Masih Selektif Merekrut, Grab Tidak Membayangkan Akan PHK Massal Seperti Shopee

Performa bisnis GOTO disebut terus berkembang. Agar dapat tumbuh secara berkelanjutan, GOTO berupaya mendorong pertumbuhan bisnis yang sehat. Di saat yang sama, GOTO terus melakukan kegiatan operasional secara efisien agar dapat memberi solusi terbaik bagi masyarakat di seluruh tempat perusahaan ini beroperasi.

Bima Laga, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menyampaikan, tiap perusahaan memiliki memiliki alasan yang berbeda-beda secara internal dalam menentukan keputusan bisnisnya, termasuk yang berkaitan dengan pengurangan jumlah karyawan.

Namun, faktor eksternal juga ikut mempengaruhi kebijakan perusahaan teknologi. Tak dapat dipungkiri bahwa para pelaku industri, termasuk di sektor teknologi, sedang berupaya pulih dari efek pandemi Covid-19. Di saat yang sama, dunia usaha juga dihadapkan tantangan berat berupa ancaman resesi ekonomi global di tahun depan. Bahkan, tanda-tanda resesi sudah mulai muncul tahun ini.

“Indonesia yang menjadi bagian dari ekonomi internasional suka tidak suka akan merasakan dampak resesi tersebut,” kata Bima, Minggu (13/11).

Akibatnya, banyak perusahaan yang mesti kembali meninjau ulang strategi bisnisnya, baik dari sisi pengembangan produk, pemasaran, maupun brand awareness. Para pelaku usaha juga harus menyeleksi mana saja lini bisnis yang dianggap potensial ataupun sebaliknya. Dari situ, skala prioritas penentuan arah pengembangan bisnis harus ditetapkan oleh pelaku usaha.

 

“Jika memang ada lini bisnis yang kurang potensial dan butuh cost besar, ini bisa ditahan dulu. Konsekuensinya mungkin bisa berujung pada pengurangan sumber daya di segmen tersebut, tak terkecuali karyawan,” ungkap Bima.

Ia pun menilai bahwa PHK pada dasarnya menjadi bagian dari keputusan bisnis dan bersifat wajar. Seluruh sektor industri pun dianggap sedang merasakan fenomena yang sama, tidak hanya sektor teknologi.

Terlepas dari itu, idEA memperkirakan industri teknologi digital seperti e-commerce masih akan tumbuh di Indonesia. Hal ini didukung oleh lonjakan pertumbuhan pengguna internet di Indonesia mencapai lebih dari 70%.

Di sisi lain, pertumbuhan kegiatan usaha dan konsumsi seperti belanja melalui internet masih rendah. Gap inilah yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan teknologi di Indonesia.

“Potensi di dalam negeri saja masih sangat besar. Kalau kualitas produk dan kemampuan produksinya makin meningkat, e-commerce Indonesia juga bisa menjangkau pasar internasional,” jelas Bima.

Baca Juga: Investor Semakin Selektif, Pendanaan Terhadap Startup Menurun

Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy menilai, fenomena efisiensi biaya di banyak perusahaan yang berupa PHK karyawan kemungkinan masih akan terjadi setidaknya hingga awal tahun depan. Situasi ini normal dan menjadi bagian dari siklus bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi.

Sebenarnya, investor tidak mempermasalahkan segala keputusan bisnis terkait efisiensi pengurangan, selama tidak berdampak besar terhadap operasional perusahaan yang bersangkutan. “Tetapi memang secara umum untuk saham dari sektor teknologi lebih baik wait and see dahulu sampai keadaan mulai normal lagi,” tuturnya, Minggu (13/11).

Mengutip RTI, saham GOTO bertengger di level Rp 210 per saham pada Jumat (11/11), atau melesat 11,70% dibandingkan hari sebelumnya. Saham BUKA juga melonjak 9,86% ke level Rp 312 per saham pada penutupan perdagangan Jumat lalu. Tak ketinggalan, saham BELI ditutup naik 7,56% ke level Rp 484 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×