kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indonesia Masih Menyandang Peringkat Investment Grade dari Fitch


Rabu, 29 Juni 2022 / 05:10 WIB
Indonesia Masih Menyandang Peringkat Investment Grade dari Fitch

Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia masih menyandang peringkat layak investasi alias investment grade. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings kembali mempertahankan peringkat utang Indonesia di level BBB atau investment grade dengan outlook stabil pada Selasa (28/6).

“Ini dengan menimbang prospek pertumbuhan Indoneisa jangka menengah yang baik, serta rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) yang masih rendah,” tulis Fitch dalam laporannya.

Namun, Fitch melihat masih ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan oleh Indonesia. Yakni terkait rasio pembiayaan eksternal yang meningkat juga penerimaan pemerintah yang dinilai masih rendah.

Baca Juga: Mengalami Penurunan, Utang Pemerintah Capai Rp 7.002 Triliun per Mei 2022

Selain itu, bila dibandingkan dengan negara-negara sebaya, Fitch menilai, beberapa indikator struktural seperti PDB per kapita dan tata kelola lebih rendah.

Meski masih mempertahankan peringkat utang Indonesia, Fitch mengingatkan, ada kemungkinan peringkat utang Indonesia turun dengan mempertimbangkan beberapa hal.

Pertama, kondisi keuangan publik. Jangan sampai ada peningkatan nominal beban utang publik secara keseluruhan yang mendekati negara sebaya kategori BBB lainnya. Misalnya, dengan kegagalan mengurangi defisit fiskal ke tingkat sebelum krisis atau akumulasi utang lebih lanjut milik entitas publik.

Kedua, kondisi ekonomi makro. Peringkat utang Indonesia bisa turun bila ada pelemahan stabilitas ekonomi makro, misalnya akibat berlanjutnya pembiayaan moneter terhadap defisit dalam beberapa tahun ke depan.

Ketiga, penurunan berkelanjutan dalam neraca eksternal terutama cadangan devisa, yang diakibatkan oleh arus keluar modal asing karnea berkurangnya kepercayaan investor, atau adanya intervensi valuta asing yang besar.

Baca Juga: Ini Penyebab Utang Pemerintah Menyusut Per Mei 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×