kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Indeks manufaktur Indonesia kembali ke level ekspansi pada September 2021


Sabtu, 02 Oktober 2021 / 16:47 WIB
Indeks manufaktur Indonesia kembali ke level ekspansi pada September 2021
ILUSTRASI. Purchasing Managers? Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada September 2021 sebesar 52,2, naik dari 43,7 pada bulan Agustus 2021

Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja manufaktur Indonesia kembali menggeliat. Indeks manufaktur Indonesia kembali masuk ke zona ekspansif (zona di atas 50) pada September 2021.

IHS Markit mencatat, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada September 2021 sebesar 52,2, naik dari 43,7 pada bulan Agustus 2021.

“Hal ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur kembali berekspansi setelah dua bulan kontraksi berturut-turut,” ujar lembaga tersebut dalam laporannya, Jumat (1/10).

Seperti yang kita ketahui, kinerja sektor manufaktur sempat melempem akibat adanya peningkatan kasus harian Covid-19 yang menyebabkan pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan dilanjutkan dengan PPKM Level 2-4.

Baca Juga: BPS: Terjadi deflasi 0,04% pada September 2021

Namun, adanya pelonggaran pada akhir Agustus 2021 dan dilanjutkan pada September 2021, menyebabkan kinerja manufaktur kembali bertumbuh pada bulan September 2021.

Tingkat ekspansi sektor tergolong sedang secara keseluruhan, tteapi data indeks aman di atas rata-rata jangka panjang.

Data PMI terkini menunjukkan bahwa baik output maupun permintaan baru domestik kembali bertumbuh pada bulan September 2021 setelah kontraksi tajam selama dua bulan, seiring dengan pelonggaran PPKM.

Sayangnya, permintaan luar negeri masih lemah pada bulan September 2021 karena masih ada gangguan pandemi Covid-19 dan kesulitan pengiriman terus mempengaruhi permintaan ekspor.

Ketenagakerjaan juga masih terhambat oleh gangguan Covid-19, meski permintaan baru telah membaik. Pengunduran diri dan pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat Covid-19 terus dilaporkan.

Ini yang menyebabkan penumpukan pekerjaan meningkat selama tujuh bulan berturut-turut dan pada laju yang cepat pada bulan September 2021, sebagian karena kenaikan permintaan.

Kesulitan pengiriman juga menyebabkan peningkatan penumpukan pekerjaan, sehingga menyebabkan peningkatan penumpukan pekerjaan dan memperpanjang waktu pengiriman dari pemasok.

“Belum lagi masih adanya pembatasan Covid-19. Ini masih menjadi penyebab utama penundaan,” tambah lembaga tersebut.

Sementara itu, upaya membangun persediaan terlihat pada inventaris pra-produksi setelah empat bulan penurunan. Ini sejalan dengan peningkatan baru pada aktivitas pembelian di bulan laporan.

Baca Juga: Aktivitas Pabrik di China Menurun

Hanya saja, inventaris pasca produksi menurun, yang berkaitan dengan peningkatan permintaan dna keengganan perusahaan untuk mengakumulasi barang manufaktur.

Tekanan harga di sektor manufaktur pun masih terjadi pada bulan laporan. Meskipun, tingkat inflasi biaya input sedikit menurun dari bulan sebelumnya, tetapi masih cepat secara keseluruhan, didorong oleh kenaikan harga barang baku.

Akibatnya, perusahaan manufaktur pun terus membebankan sebagian biaya ini kepada pembeli, dengan inflasi harga output yang terus meningkat cepat selama hampir 3 tahun.

Lebih lanjut, para pengusaha manufaktur tetap optimistis secara umum terkait produksi 12 bulan mendatang, meski masih ada gangguan pasokan dan pembatasan mobilitas. Ini sejalan dengan harapan situasi Covid-19 akan membaik.

Walaupun demikian, tingkat kepercayaan diri berbisnis sedikit turun sejak bulan Agustus 2021 dan lebih rendah daripada rata-rata survei.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×