kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

IMF: Separuh dari Uni Eropa Bakal Mengalami Resesi di 2023


Rabu, 04 Januari 2023 / 12:17 WIB
IMF: Separuh dari Uni Eropa Bakal Mengalami Resesi di 2023
ILUSTRASI. Kepala IMF Kristalina Georgieva mengeluarkan ramalan buruk mengenai ekonomi global di 2023. REUTERS/Michele Tanntussi

Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengeluarkan ramalan buruk mengenai ekonomi global di 2023. Menurutnya, tahun ini, ekonomi global akan lebih sulit daripada tahun 2022.

"Mengapa? Karena tiga ekonomi besar, AS, UE, China, semuanya melambat secara bersamaan,” katanya dalam wawancara yang ditayangkan di CBS, Minggu (1/1/2023).

Dia menambahkan, “Kami memperkirakan sepertiga dari ekonomi dunia berada dalam resesi,” katanya.

Georgieva bilang, bahkan untuk negara-negara yang tidak dalam resesi, rasanya akan sama seperti resesi bagi ratusan juta orang.

Melansir CNN, saat AS pada akhirnya mungkin bisa menghindari resesi, situasinya terlihat lebih suram di Eropa, yang telah terpukul keras oleh perang di Ukraina. 

“Separuh dari Uni Eropa akan mengalami resesi,” tambah Georgieva.

IMF saat ini memproyeksikan pertumbuhan global sebesar 2,7% tahun ini, melambat dari 3,2% pada tahun 2022.

Baca Juga: Menkeu Perkirakan Ekonomi Global Tahun 2023 Makin Melemah

Dampak ekonomi China

Perlambatan di China akan memiliki dampak yang mengerikan secara global. Ekonomi terbesar kedua di dunia melemah secara dramatis pada tahun 2022 karena kebijakan nol-Covid yang kaku, yang membuat China tidak sinkron dengan negara-negara lain di dunia, mengganggu rantai pasokan, dan merusak arus perdagangan dan investasi.

Mengutip Reuters, China telah mencabut kebijakan nol-COVID dan memulai pembukaan kembali ekonominya yang kacau, meskipun konsumen di sana tetap waspada ketika kasus virus corona melonjak.  

"Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun, pertumbuhan China pada 2022 kemungkinan berada di bawah atau di bawah pertumbuhan global," kata Georgieva. 

Selain itu, infeksi COVID yang tak terkendali di China diprediksi akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan. 

Menurutnya, kemungkinan hal itu akan semakin memukul ekonomi China tahun ini dan menyeret pertumbuhan regional dan global. 

"Saya berada di China minggu lalu, dan berada di kota di mana tidak ada COVID," katanya. "Tapi itu tidak akan bertahan begitu orang mulai bepergian." 

Baca Juga: IMF: 3 Mesin Utama Melambat, Ekonomi Global Hadapi Tahun yang Sulit di 2023

Dia menambahkan, "Untuk beberapa bulan ke depan, akan sulit bagi China, dan dampaknya terhadap pertumbuhan China akan negatif, dampaknya terhadap kawasan akan negatif, dampak terhadap pertumbuhan global akan negatif," katanya. 

Dalam prediksi yang dibuat pada bulan Oktober, IMF mematok pertumbuhan produk domestik bruto China tahun lalu sebesar 3,2% - setara dengan prospek global IMF untuk tahun 2022.  

Pada saat bersamaan, IMF juga melihat pertumbuhan tahunan di China meningkat pada tahun 2023 menjadi 4,4% sementara aktivitas global semakin melambat. 

Pernyataan Georgieva, bagaimanapun, menunjukkan adanya potensi pemangkasan prediksi pertumbuhan lain untuk China dan prospek pertumbuhan global pada akhir bulan ini ketika IMF biasanya memperkenalkan prakiraan yang diperbarui selama Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

×