kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

IMF Peringatkan Risiko Utang di Era Suku Bunga Tinggi, Bagaimana dengan Indonesia?


Jumat, 05 Mei 2023 / 08:10 WIB
IMF Peringatkan Risiko Utang di Era Suku Bunga Tinggi, Bagaimana dengan Indonesia?

Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) mewanti-wanti risiko utang yang membengkak di kawasan Asia saat tren suku bunga tinggi.  Dalam laporan kajian ekonomi Asia dan Pasifik edisi Mei 2023, lembaga tersebut mengingatkan sektor swasta di Asia banyak menanggung utang selama pandemi Covid-19. 

Terlebih, pada perusahaan dengan kemampuan membayar utang yang rendah atau interest coverage ratio (ICR) kurang dari satu. 

Sebut saja pada pertengahan tahun 2022, lebih dari 20% utang perusahaan di China, India, Korea Selatan, dan bahkan Indonesia tercatat punya perusahaan dengan ICR kurang dari satu selama empat kuartal terakhir. 

Konsentrasi di perusahaan yang rentan bahkan jauh di atas rata-rata historis. Ini terutama di perusahaan industri, properti, dan konstruksi. 

Baca Juga: Melambat, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini Diprediksi Cuma 5,04%

Ada indikasi usaha mikro kecil menengah (UMKM) juga turut mengalami hal yang sama. Namun, sejauh ini data utang di UMKM tidak terekam dalam data.  Ada kemungkinan, bila ini masuk dalam data, maka kerentanan utang bisa lebih tinggi lagi. 

Untuk melihat ketahanan sektor korporasi di Asia, termasuk Indonesia, terhadap suku bunga tinggi dan gejolak ekonomi global, maka IMF melakukan stress test

Bila menilik dari sisi sektoral, sektor konstruksi dan properti merupakan sektor yang paling rentan. Juga untuk penyedia bahan pokok konsumsi, sektor informasi telekomunikasi, dan sektor industri. 

Nah, Kamis (4/5) waktu setempat, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). 

Meski sudah dijelaskan era suku bunga tinggi mengancam Asia termasuk Indonesia, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai kondisi Indonesia masih cukup solid. 

Ini juga dengan melihat rasio total utang terhadap pendapatan atau debt to service ratio (DSR) yang makin mengecil. 

"DSR makin kecil, ini makin bagus. Berarti kemampuan membayar utang Indonesia masih tetap baik," terang David kepada Kontan.co.id, Kamis (4/5). 

Baca Juga: Langkah The Fed Tak Akan Buat BI Latah Kerek Suku Bunga Acuan

Pada tahun 2022, DSR tier-1 Indonesia tercatat 16,42% atau mengecil dari tahun 2021 yang sebesar 21,74%, maupun dari tahun 2020 yang sebesar 27,72%. 

Selain itu, peringkat utang Indonesia juga masih baik. Ini berarti, lembaga pemeringkat masih melihat prospek yang cemerlang dan Indonesia masih menjadi negara yang dipercaya. 

Secara keseluruhan, David menilai tidak apa-apa menarik utang berdenominasi valas di era saat ini. Namun, harus tetap hati-hati dan memperhatikan efektivitas utang tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×