kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hingga triwulan pertama, Acset Indonesia (ACST) kantongi kontrak baru Rp 142 miliar


Selasa, 27 April 2021 / 04:45 WIB
Hingga triwulan pertama, Acset Indonesia (ACST) kantongi kontrak baru Rp 142 miliar

Reporter: Venny Suryanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mencatatkan total nilai kontrak baru yang di raih hingga kuartal 1-2021 mencapai Rp 142 miliar. Proyek tersebut terdiri dari proyek fondasi dan infrastruktur. 

Sekretaris Perusahaan Acset Indonusa Maria Cesilia Hapsari menjelaskan, proyek fondasi tersebut di antaranya adalah pembangunan Terowongan Silaturahmi Mesjid Istiqlal, fondasi Menara BRI dan fondasi penambahan lajur 3 Tol Tangerang-Merak Segmen Cikande-Serang Timur serta perbaikan fondasi Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan. “Seluruh proyek fondasi dikerjakan oleh anak usaha ACSET, yakni Acset Pondasi Indonusa,” kata Maria saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (26/4). 

Baca Juga: Garap pipa Blok Rokan, prospek Rukun Raharja (RAJA) lebih menarik

Proyek selanjutnya yakni ACST juga mendapatkan kontrak pekerjaan sipil Pembangkit Listrik Tenaga Mini-Hidro (PLTM) Besai Kemu, Lampung.  Kendati demikian, ia masih belum bisa menginformasikan berapa target kontrak baru yang dibidik tahun ini. Yang pasti, ACST lebih berhati-hati memilih proyek dengan melakukan analisa terlebih dahulu. 

Selain itu, ACST juga berupaya mendapatkan proyek-proyek dengan lebih selektif di tahun ini. Upaya tersebut dilakukan guna memastikan bahwa proyek tersebut sesuai dengan kemampuan dan kapasitas operasional ACST.

Ia mengatakan ACST masih tetap berfokus pada tiga sektor usaha yakni fondasi, struktur, dan infrastruktur di tahun ini. Hal ini lantaran emiten konstruksi itu lebih berhati-hati memilih proyek dengan melakukan analisa terhadap proyek mana yang akan membawa lebih banyak kesempatan untuk pengembangan kompetensi.

“Kami menerapkan analisa know your customer (KYC) yang menyeluruh sebelum kami memutuskan untuk mengikuti satu tender,” jelasnya.

Di sisi lain, Maria juga masih enggan menyebutkan anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun ini. Yang pasti, ACST mencoba melengkapi value chain yang ada melalui anak perusahaan yang bergerak di bidang rental alat berat, jasa formwork/bekisting, rental passenger hoist dan tower crane, maupun entitas asosiasi yang menyediakan jasa concrete pumping.

Baca Juga: Kapuas Prima Coal (ZINC) bidik pendapatan capai Rp 1,25 triliun di tahun 2021

"Capex akan digunakan untuk menambah dan mengganti alat produksi Acset yang sudah habis masa pakainya," tambah Maria.

Sebagai informasi tambahan, hingga Desember 2020, ACST mencatat perolehan nilai kontrak baru sebesar Rp 289 miliar. Jumlah itu terdiri dari proyek fondasi Stasiun Integrasi LRT-HSR Halim, Fondasi Avania Residence dan tol akses Bandara Internasional Kertajati Jawa Barat. Mayoritas kontrak baru 2020 didominasi oleh pekerjaan fondasi.

Adapun di tahun lalu, ACST membukukan pendapatan sebesar Rp 1,2 triliun, turun 69,62% dari tahun 2019. ACST masih mencatat kerugian komprehensif yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 1,32 triliun di 2020 naik dari rugi sebesar Rp 1,14 triliun pada tahun 2019.

Selanjutnya: Diamond Citra Propertindo (DADA) sukses kerek laba bersih hingga 109,7% di tahun lalu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×