kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Hingga Semester I-2022, Austindo Nusantara Jaya (ANJT) Serap Capex US$ 13 Juta


Selasa, 30 Agustus 2022 / 07:30 WIB
Hingga Semester I-2022, Austindo Nusantara Jaya (ANJT) Serap Capex US$ 13 Juta

Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten perkebunan dan pengolahan kelapa sawit PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) menyiapkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$40 juta di tahun 2022. Adapun hingga pertengahan tahun ini, perseroan sudah menyerap belanja modal US$ 13 juta. 

Direktur Keuangan ANJT Nopri Pitoy mengatakan, rencana penggunaan capex tersebut akan difokuskan untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur pendukung serta penanaman kembali (replanting) tanaman sawit.

“Hingga kini jumlah dana capex yang sudah terserap l sekitar US$13 juta per semester I-2022,” ujar dia dalam diskusi virtual melalui Instagram Live ANJT, Senin (29/8). 

Dia menambahkan, mayoritas penggunaan dana tersebut juga digunakan untuk membangun infrastruktur pendukung pada pabrik di Papua Barat dan kegiatan replanting di Belitung dan Sumatera Utara. 

Baca Juga: Bisnis Sawit Tumbuh Subur, Begini Agenda Bisnis Austindo Nusantara Jaya (ANJT)

Perseroan berharap dengan strategi replanting yang dilakukan dapat meningkatkan kapasitas produksi  crude palm oil (CPO) dalam 5-10 tahun ke depan. Hal ini pun telah dilakukan oleh perseroan sejak tahun 2015. 

Smentara itu, Direktur Utama ANJT, Lucas Kurniawan menambahkan, perseroan juga menargetkan pertumbuhan produksi CPO hingga 7% hingga akhir 2022 atau sekitar 280 ribu ton. Tak hanya itu, perseroan juga menargetkan ekspor edamame bisa tumbuh 160% di tahun ini. Sementara penjualan sagu diharapkan bisa naik 20% di sepanjang 2022. 

Menurunnya, tren harga CPO saat ini mulai meningkat setelah sempat terkoreksi di awal tahun 2022. Koreksi harga tersebut seiring dengan kebijakan pelarangan ekspor yang dilakukan pemerintah.

Dari sisi harga, harga CPO domestik sempat turun hingga ke level US$ 500 per ton. Namun demikian, setelah adanya aturan pelarangan ekspor tersebut dihapuskan dan pemerintah mengeluarkan kebijakan relaksasi ekspor, harga CPO domestik pun kembali meningkat dan berada di kisaran US$ 780 per ton.

 

“Menurut kami harga CPO ke depannya akan kondusif pada level US$ 780 hingga US$ 800 dengan adanya kebijakan pemerintah yang suportif,” kata Lucas.

Dengan adanya optimisme itu, perseroan pun menargetkan pendapatan tahun ini bisa setara dengan raihan pendapatan di tahun lalu yakni US$ 266,8 juta juta. 

“Kami harapkan bisa sama atau lebih tinggi dari pendapatan di tahun lalu,” tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

×