kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hingga Agustus 2022, Himpunan CASA Valas Bank Mandiri Mencapai Rp 166,3 Triliun


Kamis, 27 Oktober 2022 / 08:15 WIB
Hingga Agustus 2022, Himpunan CASA Valas Bank Mandiri Mencapai Rp 166,3 Triliun

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyatakan secara aktif terus menjaga likuiditas valuta asing (valas) untuk memenuhi kebutuhan transaksi dalam mata uang asing.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyatakan telah optimalisasikan pengelolaan likuiditas dengan melakukan kontrol melalui monitoring portfolio.

“Baik di sisi kredit maupun dana serta optimalisasi terhadap kredit valas yang dilakukan dengan selektif, terukur, dan dengan pricing yang sesuai. Hal ini bertujuan agar pengelolaan asset & liability dapat mencapai tujuan dalam mengontrol risiko likuiditas yang dihadapi, seiring dengan tren peningkatan suku bunga pasar dan kebutuhan ekspansi bisnis,” ujarnya kepada Kontan.co.id pada Kamis (25/10). 

Baca Juga: Ekonomi Membaik, Bank Mandiri Catat Undisbursed Loan Turun 8,78% per Agustus 2022

Ia menyatakan DPK valas Bank Mandiri masih berada pada level optimal dengan pertumbuhan sebesar 27,1% secara per Agustus 2022. Antara lain ditopang oleh pertumbuhan giro dan tabungan valas (CASA) yang tumbuh 26,5% secara year on year (YoY menjadi Rp 166,3 triliun pada akhir Agustus 2022.

Memang, kenaikan bunga The Fed telah membuat likuiditas valuta asing perbankan mengetat. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit valas perbankan mencapai Rp 932,61 triliun hingga Agustus 2022. Nilai ini meningkat 16,71% YoY dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 799,05 triliun. 

Sedangkan himpunan dana pihak ketiga (DPK) valas hanya tumbuh 11,84% YoYdari posisi Rp 990,67 triliun di Agustus 2021 menjadi Rp 1.107,94 triliun di delapan bulan pertama 2022. Bahkan, kondisi ini semakin mengetat di September 2022. 

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan kredit valas di September tumbuh 18,1%, sementara DPK hanya naik 8,4%. Ia menyatakan, bila hanya melihat sumber valas dari DPK saja makan likuiditas valas terkesan terbatas. 

 

“Tapi kalau kita lihat sumber pendanaan dari bank terkait valas itu  variasi. Ada berupa pinjaman maupun penerbitan surat berharga. Bahkan surat berharga negara (SBN) yang dimiliki oleh perbankan bisa dilakukan repo untuk dapatkan valas,” ujarnya.  

Sejauh ini, ia mengaku bank sentral terus mengamati perkembangan likuiditas valas. BI akan melakukan intervensi pasar bila ternyata supply valas di pasaran semakin terbatas. 

“Kalau memang benar kalau supply-nya terbatas di pasar itu, kita berusaha stabilitaskan di pasar, karena kita punya fundamental dari rupiah itu sendiri,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×